Pamuji rahayu kang samya pinanggih kagem poro sedulur lan sederek sedoyo…
Seperti yang telah kita diskusikan di ruang ‘Kamus Sansekerta’ sedianya saya juga ingin memuat ‘Asal-muasal Linguistik Nusantara untuk Dunia’… konon Jawa itu kaya akan kosa kata, bahkan di asia tenggara terdapat kesamaan kosa kata yang mirip bahasa lokal kita. Maka dari itu, bukan tidak mungkin bahasa sansekerta itu adalah bahasa nusantara itu sendiri 🙂 …
Bahasa Nusantara : Induk Dari Bahasa Sansekerta
Shyama Rao (1999) menulis buku-elektronik berjudul “The Anti-Sanskrit Scripture” dan dipajang di perpustakaan maya Ambedkar– yang sekarang sudah dihapus. Rao mengkritisi anggapan akademis bahwa bahasa Sansekerta adalah induk semua bahasa di Asia Selatan bahkan sampai Eropa Barat, demikian juga aksara Deva Nagari yang diakukan berasal dari negeri para dewa.
Rao menjelaskan banyak kelemahan bahasa Sansekerta dan aksara Deva Nagari. Bahasa Sansekrta yang sejak jaman kuno dipropagandakan oleh bangsa Aryan sebagai bahasa suci dan Bahasa Dewata serta induk bahasa-bahasa di Hindustan, bahasa Persia, Inggris dan Jerman itu mengandung kerumitan tatabahasa dan memiliki terlalu banyak karakter (alphabets). Rao membuat daftar perbandingan jumlah karakter bahasa-bahasa primitif (Sansekrta digolongkan primitif), sebagai berikut: Cina-Ming 40,545, Cina-Sung 26,194, Cina-Han 9,353, Sumeria 1,200, Sansekrta 509, dan Heroglif Mesir 70 karakter.
Memang jauh lebih banyak jumlah karakter Cina atau Sumeria, namun di bahasa-bahasa itu setiap karakter mewakili satu makna grammatical suatu kata atau morpheme. Sedang dalam bahasa Sansekrta satu aksara Deva Nagari hanya melambangkan bunyi, cara baca, perubahan bentuk kata dan lain-lain aturan grammatical yang sangat rumit. Agak mirip dengan huruf-huruf Timur-Tengah seperti Hibrani dan Arab tetapi jauh lebih rumit. Belum lagi tatabahasanya yang tidak konsisten sebagai kelompok bahasa daratan Asia Selatan ke Barat. Bahasa Sansekrta tidak membedakan jenis kelamin, tidak mengenal “tenses”, tidak ada konsep “tunggal dan jamak”, serta tidak ada partikel, tetapi banyak sinonim dan homonim yang mirip dengan kelompok bahasa Nusantara. Anehnya kosa-kata bahasa Sansekreta banyak yang mirip bahasa-bahasa Asia Selatan, Asia Barat hingga Eropa Barat.
Kesimpulannya, bahasa Sansekrta dan aksara Deva Nagari adalah “rakitan” dari berbagai bahasa. Dia dirakit dengan menyampur atau menyomoti kosa-kata dan cara tulis berbagai bahasa yang ada di Daratan Hindustan ditambah dengan bahasa-bahasa pendatang dengan logat bangsa Aryan. Ini juga dibuktikan bahwa penutur aktif bahasa Sansekrta pada tahun 1921 tinggal sekitar 356 orang di seluruh India, Pakistan dan Bangladesh (sekarang), dan pada sensus tahun 1951 hanya ada 555 orang penutur Sansekreta dari 362 juta penduduk India.
Bahasa Jawa, Sunda, Bali dan Indonesia justru mengandung sekitar 50% kosa kata Sansekrta. Jangan-jangan justru orang Aryan menyomot sebagian bahasanya dari Bahasa Nusantara sebagai bagian bahasa rakitannya. Karena secara praktis, justru penutur Sansekreta itu jauh lebih banyak di Nusantara dibanding penutur di India. Apalagi orang Aryan sendiri justru memakai bahasa Hindi. Bukti paling telak adalah bahwa belum diketemukan satupun naskah kuno berbahasa Sansekrta dengan aksara Deva Nagari di India sebelum tahun 500 Masehi!
Bahasa yang dianggap dan dipropagandakan sebagai bahasa dewata, terbukti sebagai bahasa rakitan minoritas “penguasa” Hindustan. Sayangnya, propaganda Sansekrta sebagai induk bahasa-bahasa terlanjur mendarah daging bersamaan dengan banjir bandang imperialisme dan kolonialisme sebagai sumber anthropologi. Teori Sansekrta Induk Bahasa (TSIB) terlanjur bercokol di memori intelektual sejarah, lingusistik dan sosial. Bahkan meracuni beberapa ahli komputer hingga pernah ada pendapat “Bahasa Sansekrta paling afdol untuk program komputer, karena mewakili banyak bahasa besar di dunia” tanpa dipertimbangkan kerumitan penulisan yang digunakan dan ketidakkonsistenan tatabahasanya. Justru bahasa komputer yang melanglang jaringan “artificial intelligent” bernama “Java Script” yang konon karena “fleksibelnya” the Javanese.
Seorang agronomist dari Haryana University, Profesor Ashok Kumar – tahun 2003/2004 tinggal bersebelahan kamar dengan penulis – ketika berbincang masalah bahasa, sangat heran dengan bahasa Indonesia. Pertama dia heran sewaktu penulis memberitahu bahwa “language” itu “bahasa”. Dia heran, karena di bahasa Hindi dan Bengali, “language” adalah “bhasa”. Dia lebih heran lagi ketika penulis katakan bahwa dalam bahasa Jawa berbunyi “boso” (tetapi terpaksa saya tulis “bawsaw”). Dia bingung, dari mana istilah “bhasa, boso, dan bahasa” itu berasal. Dia sebagai orang Hindu justru tidak merujuk Sansekrta, malah menduga dari bahasa Arab atau Urdu. Penulis juga heran, mengapa istilah “bhasa” itu, kalau benar-benar dari Sansekrta, mestinya di Persia, Jerman, Inggris, Latin, Yunani, juga mirip paling tidak ada konsonan “bhs”, tetapi kok jadi “lingua”?
Keheranan Prof. Kumar kedua adalah tentang jumlah bahasa di Indonesia yang ratusan, tetapi memiliki satu bahasa Indonesia yang dapat diterima oleh hampir semua orang Indonesia, sehingga dia pernah bertanya “What language do you speak?” ketika penulis asyik berbincang dengan rekan dari Aceh dan Bali. Penulis juga heran sendiri, karena antara bahasa Jawa, Sunda dan Bali itu banyak mengandung kosa-kata Kawi, sedang hampir 80% kosa kata bahasa Melayu asli punya akar kata Kawi, menurut Wojowasito atau Zoed Mulder – penulis agak lupa.
Kenyataan itu sangat berbeda dengan negerinya yang besar. Negerinya punya keragaman ekologi dan ekosistem yang spektakuler. Mulai dari yang bersalju abadi (Himalaya) sampai yang bergurun (Deccan dan Punjab). Dari yang daratan utuh (Hindustan) hingga kepulauan (Andaman). Maka Prof. Kumar berkhayal, seandainya India memiliki bahasa nasional yang bisa diterima oleh seluruh bangsa seperti Bahasa Indonesia, betapa kuat negaranya! Tetapi dia justru heran kepada Indonesia yang tidak maju-maju. “What’s wrong with the Indonesian?” katanya.
Penulis menerawang. Ternyata dari Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia masih merupakan pengikat paling kuat persatuan dan kesatuan Indonesia . Bahasa konon merupakan salah satu ekspresi kebudayaan bangsa penuturnya. Penulis teringat akan artikel di majalah ilmiah populer HortScience tentang asal-usul tanaman “tales-talesan” yang ada di Oceania, Polynesia hingga Hawaii lalu menyebar ke Jepang, Cina dan Korea, yang diduga dulu-dulunya dibawa oleh penjelajah lautan kuno dari Nusantara sebagai “bekal” bahan makanan. Dan lebih yakin lagi setelah kebetulan nonton siaran NHK (TV Jepang) akhir tahun 2003 sewaktu membahas kebudayaan bangsa Hawaii. Di siaran itu ada tarian tradisional yang diucapkan oleh pembawa acara sebagai: “Kokonatsu no odori” (Tarian pohon kelapa) yang tulisan bahasa Hawaiinya ada kata “kalappa”. Nusantara telah punya bahasa yang satu, berarti budayanya juga satu.
Jadi, bahasa manakah yang bahasa Induk? Sansekrta atau bahasa-bahasa Nusantara yang diwakili oleh Bahasa Indonesia? Sayang bahwa dalam sejarah penyebaran manusia, bangsa Nusantara terlanjur dianggap sebagai pendatang dari Indo-Cina. Meskipun penulis secara pribadi tidak menemukan sama sekali kosa kata Indonesia atau Jawa yang mirip dengan kosa kata Khmer atau Burma. Yang ada justru dulu raja-raja Kamboja memakai nama akhir Warman dan kebetulan pula salah seorang bangsawan dari daerah Pamalayu di Majapahit bernama Adityawarman. Sementara nama raja Kamboja sekarang justru Norodom Sihanouk yang sama sekali tidak mirip dengan satu pun kata Melayu, Jawa, Sunda dan Bali.
Semoga dapat menambah wawasan dan referensi, serta dapat menggugah semangat generasi untuk nguri-uri budoyo bongso 🙂 …
***
Upaya yang cerdas untuk membuktikan bahwa Nusantara sebagai episentrum budaya dan peradaman umat manusia. Meski kemungkinanb banyak menuai protes dan kontra, perlu dikaji ulang tentanfg sistim religi Hindu asal-usulnya dari Nusantara/Jawa, bukan dari India. Dasarnya, kwetika mempelajari teks2 suci Hindu kok kebanyakan berbahasa Kawi (Jawa Kunba) bukan Sanskerta. Di Jawa peninggalan Hindu bisa dikatakan merata si saeytiap jengkal. Tanah. Apakah di India bisa seperti itu ?
Sedikit tambahan.
Seorang rekan kerja (di Australia) yang berasal dari Tonga (kepulauan di Pacific) bernama “Sisa Rasaku”.
@ KSM,
Maturnuwun sengkuyungipun, konon ajaran tertua di india itu bukan Hindu tetapi ajaran Veda dan Yoga adalah ajaran tertua sebelum ada agama-agama baru muncul.
Sekiranya sistem religi itu muncul dari Nusantara, maka betapa modernnya pranata sosial religi warisan nenek moyang kita 🙂 …
@ OCM,
Maturnuwun infonya, menarik sekali menelusuri bahasa yang telah menyebarkan peradabannya, hingga ke pelosok ujung duniapun masih dapat kita lacak induk bahasa ibunya 🙂 …
Salam linguistik,
Dewi
SERAT WEDHATAMA; PINTU PEMBUKA RAHASIA SPIRITUAL RAJA-RAJA MATARAM
Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng. Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen);“nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.
Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku” spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraihkesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntunstep by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah.
Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional. Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya. Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran kepada saya.
Bedaya Sarpo Rodra
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta
ชมการแสดง-Sultan Palace
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta 3
TARI LAWUNG JAJAR Dance – Javanese Classical Dance [HD
Beksan Lawung (tari klasik gaya Yogyakarta) di Bangsal Srimanganti,
Hofdansen in de kraton van Yogyakarta.
Beksan Gagah VS Alus
Beksan KLANA Topeng SEWANDANA – Tari Klasik Jawa – Javanese CLassical MASK DANCE [HD]
minakjinggo gandrung isi
Tari Beksan lawung pada National Multicultural Festival di Australia
SUCI SANG PINUDYA
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
GOLEK MENAK Kakung Putri – Kraton Yogyakarta – Javanese Classical Dance [HD]
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
MATAH ATI – TIJI TIBEH MUKTI SIJI MUKTI KABEH
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
Pementasan Sendratari “Raden Wijaya Winisudo”
Koreografi 3 – Malaning Pusaka
BEDHOYO MINANGKALBU
Ceritanya terputus ditengah jalan.
Ajaran Wedhatama-nya diganti dengan daftar video.
Kalau tertarik dengan ajaran Wedhatama silahkan tengok ke Blog site-nya Ki Sabda Langit.
https://sabdalangit.wordpress.com/category/pintu-pembuka-rahasia-spiritual-raja-raja-mataram/serat-wedhatama-i/
@ Ki OCM,
Maturnuwun linknya, sugeng pepanggihan Ki 🙂 …
@ Mas Mataram Golong Gilig,
Maturnuwun anjangsananya, serat wedhatama adalah karya sastra yang menuturkan ajaran utama ketika pengaruh islam masuk ke tanah jawa. dengan menitik beratkan kepada ilmu, lelaku dan agama.
Rahayu ❤
Menerawang jauh pada negeri kepulauan dengan air laut yang dangkal diselat-selat-nya…..
Dan dengan lebatnya daun-daun palem dan daun nyiur melambai…
Wilujeng siang Ki Sondong Mandali, om Pram BP OCM, mbakyu Dewi…..
@ Ngwäng,
Maturnuwun, sami-sami wilujeng siang, terdengar nyiur ombak pantai dengan angin sepoi-sepoi di antara rindang dedaunan kelapa, terasa menyejukkan dan melambai-lambai, membawa kita ke alam surga, surga dunia yang sebenarnya 🙂 …
Salam nyiur kelapa,
Dewi
Salam mbak dewi,poro sepuh&sedulur semua @ begidik bulu roma mbaca ini mbak…
Memang nusantara dahulu adalah pusat dunia…stahun yll sy ziaroh ke maqom kramat didesa kahuripan dipurwakarta,disana eyang kresa ayang pandita kusuma bilang begitu..
Rahayu…
dalam agama hindu jawa atau bali. puncak tertinggi adalah Hyang Widi Wasa, klo hindu ada 3. jadi bisa bisa mengira2 kan. hehehe 😀
@ Nurkahuripan,
Maturnuwun, menarik sekali pengalaman ziarahnya, bahkan leluhur yang telah tiadapun menyatakan hal serupa 🙂 …
@ Manik Kusumo,
Maturnuwun apresiasinipun, meniko konsep Tri Hita yang sangat menarik 🙂 …
Salam rahayu,
Dewi
SERAT WEDHATAMA; PINTU PEMBUKA RAHASIA SPIRITUAL RAJA-RAJA MATARAM
Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng. Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen);“nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.
Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku” spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraihkesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntunstep by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah.
Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional. Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya. Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran kepada saya.
Bedaya Sarpo Rodra
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta
ชมการแสดง-Sultan Palace
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta 3
TARI LAWUNG JAJAR Dance – Javanese Classical Dance [HD
Beksan Lawung (tari klasik gaya Yogyakarta) di Bangsal Srimanganti,
Hofdansen in de kraton van Yogyakarta.
Beksan Gagah VS Alus
Beksan KLANA Topeng SEWANDANA – Tari Klasik Jawa – Javanese CLassical MASK DANCE [HD]
minakjinggo gandrung isi
Tari Beksan lawung pada National Multicultural Festival di Australia
SUCI SANG PINUDYA
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
GOLEK MENAK Kakung Putri – Kraton Yogyakarta – Javanese Classical Dance [HD]
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
MATAH ATI – TIJI TIBEH MUKTI SIJI MUKTI KABEH
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
Pementasan Sendratari “Raden Wijaya Winisudo”
Koreografi 3 – Malaning Pusaka
BEDHOYO MINANGKALBU
Beberapa haeri yll sy ke situs Ratu Boko Prambanan. Sungguh menakjubkan menyaksikan dasar bangunan berupa baukit batu yang diratakan terus di atasnya dibangun bangunan semacam keraton/pesanggrahan untuk manemnbah. Ribuan batu pesegi yang kira2 hanya mampu diangkat 4 orang dibuat batur dan pagar. Terbayang berapa ribu orang saat membangun. Kemudian berapa besar dananya. Maka kerajaan Boko yang merupakan bagian dari Mdhang pastilah negara besar yang kaya raya. Peninggalannya pun sampai sat ini masih bisa dilihat dan dikaji.
Situs Ratu Boko merupakan bagian dari wilayah Syiva Plateau yang berada di sekitar Prambanan. Maka menantang untuk ditelusuri guna kebangkitan kedaulatan spiritual Nusantara.
Salam Syiva Plateau.
Sugeng dalu @ Ki Sondong Mandali lan Sederek Sedoyo,
Maturnuwun, kerajaan medang memang nyata bukan dongeng atau legenda yang di bangun hanya semalam oleh para jin, melainkan dengan teknologi dan arsitek bangsa nusantara :)…
Pertimbangan rasio spiritual adalah untuk penyeimbangan belahan bumi utara dan selatan. Hampir semua tempat suci agama ada di belahan bumi utara, seperti: Mekah, Vatican, S. Gangga, Gunung Himalaya dll. Maka kalau Borobudur yang di belahan bumi selatan bisa menjadi pusat peribadatan/ tempat suci agama Buddha barangkali bisa membuat damai dunia….
Menarik sekali kata ‘keseimbangan’ dalam panggraita spiritual, antara utara dan selatan, antara barat dan timur, tidakkah nusantara ini non blok? 😉 … he he he…
Salam damai,
Dewi
Nuwun..
Sugeng ndalu..
Paman gak komen apa2 cuma mampir pingin nyapa sdra2 ku, Kisondong Mandali, Mr Old China Man, Kang Nur Kahuripan, mugi sami wilujeng.
dan untuk sdr Manik Kusumo salam kenal. untuk sdri Dewi trimakasih tuliasnaya, lumayan buat nambah ilmu,
wis monggo di lanjut Paman tak ndeprok lungguh kloso sambi nyruput kopi.
PD.
Replay:
Nggih maturnuwun paman, ayo tak kancani lungguh ning pojok kene, karo nglinting rokok roro mendut
…
Artikel yang sangat menarik, sebagai generasi muda yang belum mengerti sejarah dan sedang dalam proses pencarian sejarah Indonesia dan Nusantara artikel ini membuat saya semakin tertarik untuk mempelajari lebih dalam lagi siapa bangsa kita sebenernya ini?
semakin dalam saya mencari semakin saya bangga menjadi INDONESIA 😀
Replay:
Good, thanks apresiasinya 😀 …
Jangan takut mengakui sesuatu itu adalah milik nenek moyang kita yg agung asal bisa dibuktikan dengan logika..
Hanya orang bermental budak aja yg selalu mudah mengiyakan klaim peneliti asing
hehehehe…..sami kemawon kaliyan kula. Aku yo ra percoyo jerene londho2 kuwi yen asal muasal wong jowo soko lembah yunan opo ngendi maneh kuwi. Wong jowo dasare nriman, wes babahno wong ngomong opo, sing penting nyatane. leres toh pak dhe….?
Replay :
inggih leres mawon 🙂 …
iyo masdab wong 4 dari 6 manusa tertua ae ditemokno ndek kene
Pingback: 8 Tips Agar Tetap Fit Selama Liburan | Blog Toko Outdoor
sugeng siang sedoyo mawon.nyuwon sewu,sy ini seorang asli jawa,tpi g ngrti bhsa jawa,bisa dikatakan wong jowo seng ra njawani.pd intinya trimaksih kpda pnulis atas tlisan nya,krna sngat mmbantu sy dlm mmpelajari hal2 yg brkaitan dgn budaya jawo,mtur smbah nuwon bgt
Replay:
Betul itu, tak lupa kita juga berterima kasih kepada bapak Shyama Rao atas penelitian dan perjuangannya melawan arus 🙂 ...
Mungkin benar kalau bangsa Arya itu dulunya turunan dari Nusantara?
Mereka menyebar hingga ke daratan Amerika, menjadi cikal bakal penduduk asli Indian yang sekarang ini, lihat saja wajah-wajah mereka 😀 …
Penduduk asli Amerika yang sudah ada sejak 20.000 th silam itu terdiri atas banyak suku, Mereka umumnya hidup dari berburu, memancing dan bertani. Suku-suku terkenal di antaranya adalah Cheyenne, Comanche, don Sioux yang hidup di Great Plains. Apache, Navajo, dan Pueblo hidup di daerah baratdaya. dan Iroquois, Huron, dan Cherokee, hidup di daerah timur.
Tiap suku Indian mempunyai bahasa sendiri. tapi meskipun terdiri atas berbagai suku, mereka bisa saling berkomunikasi dengan bahasa isyarat yang dipahami oleh mereka semua.
Kebetulan suku Apache dan Navajo memiliki kesamaan kemiripan bahasanya, dan uniknya lagi ada beberapa kata yang justru sama dengan Java :
Apache bilang ‘Salju’ itu ‘EES’
Navajo bilang ‘Kecil’ itu ‘CHILI’ … (mirip kata cilik)
Cherokee bilang ‘Tidak’ itu ‘HADI’…
(*hadiiiii seperti expressi ‘hiiii’ yang berarti tidak atau jangan pada orang Jawa pelosok atau pedesaan)
Hmmm, menarik sekali mengamati dan mempelajari bahasa suku asing, walaupun jauh tapi masih bisa kita lacak akar bahasa ibunya 😀 … seperti kata ‘ES’ kalau memang mereka suku Indian itu berasal dari Eropa, mestinya bilang es itu ‘ice’. bahkan penduduk Malaysia yang pernah dijajah Inggris saja mengucapkan ES = menjadi ‘AIS’ dari kata ‘ICE’…
http://www.festivalkopinusantara.com
http://www.lingkardunia.com
SERAT WEDHATAMA; PINTU PEMBUKA RAHASIA SPIRITUAL RAJA-RAJA MATARAM
Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng. Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen);“nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.
Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku” spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraihkesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntunstep by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah.
Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional. Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya. Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran kepada saya.
Bedaya Sarpo Rodra
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta
ชมการแสดง-Sultan Palace
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta 3
TARI LAWUNG JAJAR Dance – Javanese Classical Dance [HD
Beksan Lawung (tari klasik gaya Yogyakarta) di Bangsal Srimanganti,
Hofdansen in de kraton van Yogyakarta.
Beksan Gagah VS Alus
Beksan KLANA Topeng SEWANDANA – Tari Klasik Jawa – Javanese CLassical MASK DANCE [HD]
minakjinggo gandrung isi
Tari Beksan lawung pada National Multicultural Festival di Australia
SUCI SANG PINUDYA
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
GOLEK MENAK Kakung Putri – Kraton Yogyakarta – Javanese Classical Dance [HD]
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
MATAH ATI – TIJI TIBEH MUKTI SIJI MUKTI KABEH
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
Pementasan Sendratari “Raden Wijaya Winisudo”
Koreografi 3 – Malaning Pusaka
BEDHOYO MINANGKALBU
maaf..kenapa Anda bisa menyebutkan bahwa bhs sanskerta tidak mengenal jenis kelamin, tenses, tunggal dan jamak? dan juga.menurut saya bukti tentang bahasa nusantara sebagai induk, kurang terlalu dijelaskan. dan setahu saya, ketika bahasa sanskerta datang ke Indonesia, dan banyak diserap di bahasa jawa kuna, bahasa sanskerta sudah menjadi bahasa mati. jadi bagaimana bisa bahasa sansekerta yg menyampur aduk bahasa asing untuk dijadikan bahasanya sendiri?
Sugeng dalu @ Mbak Dyan,
Maturnuwun, memang tidak terlalu dijelaskan oleh para ilmuwan dari Eropa kalau bahasa induk sansekerta itu bisa jadi berasal dari Nusantara.
Hal ini bisa ditelusuri dari pengguna bahasanya, jika di India sansekerta hanya digunakan oleh para pendeta/ brahmana, maka bahasa jawa yang kuno hingga sekarang justru banyak kita temui dalam sehari2 oleh seluruh lapisan masyarakatnya, baik yang ada di kota terlebih di pelosok.
Selain itu, penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa baru dimulai oleh Heinrich Roth dan Johann Ernst Hanxleden pada abad ke 16-17, lalu dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat.
Dan sekarag kita hidup di era globalisasi dan teknologi, dimana informasi begitu mudah kita dapatkan dari berbagai media, itulah mengapa bapak Rao menemukan berbagai kejanggalan dalam penelitian ilmuwan dari Eropa.
Di India yang mengenal sistem kasta di buat peraturan bahwa hanya boleh oleh orang tertentu saja yang memakai bahasa sansekerta, rakyat jelata bahkan rajapun tidak boleh mempelajari atau mempertanyakan asal muasal bahasa tsb, dan lucunya para pendeta menyatakan bahwa bahasa sansekerta adalah bahasa para dewa, maka negri manakah yang mendapat sebutan negara para dewa dan dewi selain Jawadwipa ?
Logikanya para begawan Jawa jaman dulu melakukan perjalanan dengan kapal bukan saja untuk klangenan/ liburan tapi juga menyebarkan ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya, Lha bangsa India sejak abad ke berapa sih mengenal kapal ?
Maka sayapun juga meragukan jika dikatakan bahwa bahasa sansekerta berasal dari India, karena itu adalah study klaim kesimpulan saja, bukan bukti empiris 😉 …
Salam rahayu,
Dewi
Mata Hati
Selamat merangkai Puzzle sasmitaning priyagung Jawa yg menyebar ke segala benua
Mari belajar membuka sejarah rahasia peregerakan peradaban
Guidden
Fosil manusia tertua ada di P. Jawa
Bahasa, budaya, adalah pelengkap perikehidupan manusia
Dgn kekayaan alamnya
Pastilah cukup berlogistic kelliling dunia
Reblogged this on mylullabycarol and commented:
Induk bahasa Nusantara. Sansekerta.
@ mylullabycarol,
Terima kasih sama-sama atas kunjungannya, monggo silahkan di share dan di sebarluaskan artikelnya 🙂 …
mengidap penyakit kejiwaan “waham”
Replay:
Terima kasih, semoga waham lekas sembuh
…
SERAT WEDHATAMA; PINTU PEMBUKA RAHASIA SPIRITUAL RAJA-RAJA MATARAM
Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng. Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen);“nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.
Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku” spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraihkesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntunstep by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah.
Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional. Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya. Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran kepada saya.
Bedaya Sarpo Rodra
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta
ชมการแสดง-Sultan Palace
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta 3
TARI LAWUNG JAJAR Dance – Javanese Classical Dance [HD
Beksan Lawung (tari klasik gaya Yogyakarta) di Bangsal Srimanganti,
Hofdansen in de kraton van Yogyakarta.
Beksan Gagah VS Alus
Beksan KLANA Topeng SEWANDANA – Tari Klasik Jawa – Javanese CLassical MASK DANCE [HD]
minakjinggo gandrung isi
Tari Beksan lawung pada National Multicultural Festival di Australia
SUCI SANG PINUDYA
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
GOLEK MENAK Kakung Putri – Kraton Yogyakarta – Javanese Classical Dance [HD]
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
MATAH ATI – TIJI TIBEH MUKTI SIJI MUKTI KABEH
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
Pementasan Sendratari “Raden Wijaya Winisudo”
Koreografi 3 – Malaning Pusaka
BEDHOYO MINANGKALBU
Indonesian sebagai bangsa inferior, banyak rakyatnya yang ‘mencari jalan’ agar terlihat superior. Salah satunya anda.
INDONESIA GREATNESS COUNTRY
@ sederek achyar
keep n guarding in ur heart
Salam kenal
Benar kita bangsa inferior
Karena bangsa yg agung historical nya
Bangsa yg sdh punya tuntunan adiluhung
Tetapi bangsa yg agung itu, kini belajar dari tuntunan dari bangsa yg ” miskin ”
Bangsa yg agung sudah bisa bikin candi , bisa berkitab pada bumi langit seisinya
Sudah punya ilmi HASTA BRATA
Sekarang belajar ilmi iktiba’ manusia….keblinger, maaf
Semoga hijab sederek achyar terbuka
Ya….jadinya seperti sekarang
Sekarang bangsa kita, banyak beriktibak pada bangsa yg hidup dari tenda. Disaat dulu kita sdh punya bangunan kokoh multi techno sipil.
Kami disini pribadi yg santun, tawadug pada ajaran ibu Pertiwi sendiri
Kami tawaduq, santun, ikuti tuntunan ajaran ibu Pertiwi yg hijau elok segar
Kami hidup, makan, minum, tidur di bumi ibu Pertiwi
Kami ng Alip pada bumi negeri dan tuntunan negeri sendiri utk pandangan hidup
Tuntunan Jawa Nusantara yg dulu sudah menjadi magnet saudagar sedunia
Kami tidak ikuti tuntunan manusia saudagar, ….. maaf
Welcome back to KEDIRI
Kembali ke tuntunan negeri sendiri
Bangkitlah INDONESIA
Kami negeri hijau elok subur
Ajaran bumi gersang kembalilah keasal usulmu
Salam damai utk seluruh dunia
Dari Jawa, heaven Island, open hearts country
Bumi yg satu menghidupi semua
Bumi yang satu tempat tinggal semua manusia
Bumi yang sumber income semua manusia
Bumi yang satu sumber semua knowledge manusia
Eyang eyang kami dari Jawa, bernasehat pada kami
” bumi gedhene cuman sak mrica ”
Dalem Putra wayah eyang Dalem
@ kang achyar, semoga terbuka hijabmu
saya setuju dengan anda bahkan tari2an india memakai panduan bahasa sansekerta dan mereka juga tidak tahu dari mana berasal bahasa sansekerta itu.. dan saya yakin memang bahasa sansekerta berasal dari nusantara khususnya jawa.. dijawa banyak sekali kita memakai istilah sansekerta dan memakai nama2 sansekerta untuk anak2 kaum ningrat dan para bangsawan jawa.
video ini berisi luasnya pengaruh bahasa nusantara terhadap bangsa austronesia
@ Sen Mulya,
Terima kasih kiriman videonya, mantabs sekali. video diatas juga melengkapi ‘penelitian’ kecil saya tentang bahasa suku Amerika asli atau Indian. sedikit demi sedikit akhirnya terkuak, bahwa bahasa sejauh apa dia pergi/ merantau/ berkembang, ia tak bisa meninggalkan bahasa babon induknya 🙂
mantap brow…
makasih
Replay :
Makasih sama-sama, siiiiipp deh bro 😉 …
jowo’s gandosss
Terima kasih pencerahanya, ikut belajar bahasa jawa. ” Rahayu “
Monggo, sami-sami belajar nggih 🙂 ..
“Justru bahasa komputer yang melanglang jaringan “artificial intelligent” bernama “Java Script” yang konon karena “fleksibelnya” the Javanese.”
Wuaduh, bagian ini sepertinya super menarik. Ini pendapat Dewi sendiri atau cuma mencopy kata orang (konon) ?
Whe he he… itu asli copas mbah, tapi saya sangat sangat sependapat dengan katanya si konon, makanya langsung saya affirmasi lewat postingan artikel 😀 …
Yeah, kalau sudah sependapat dengan si Konon, ya mbah tidak akan ngotot untuk menjelaskan.
Eniwei, sekedar info, mbah cukup akrab koq dengan java script language. Di dalamnya sama sekali tidak ada kata ojo lali tutu wuri handayani lho !
Wilujeng dalu-enjang Simbah,
Java script… mungkin maksutnya ide inspirasinya dari serapan kata jawa/java yang flexible dan mudah diserap, diingat, dikembangkan, diwariskan, di-update, di-intisarikan, dll. jadi bukan mengacu pada bahasanya mbah, itulah mengapa juga tidak akan kita jumpai kalimat tul jaenak jaejatul jaeji 🙂 …
Maturnuwun kopinya mbah ❤
Satu untuk simbah, satu untuk saya dan satu untuk saudara yang tidak kasat mata ?
Oh, gitu.
Tampaknya di topik ini, mbah dan Dewi memiliki opini yang berbeda. Wajar, namanya juga opini. Nanti mbah coba menuliskan topik, versi mbah ini di blog abal2. Nuwun atas kopi manisnya. salam selalu.
Maturnuwun sami-sami mbah,
Wah, kalau simbah bikin artikel tentang java script bakal menyaingi halaman khusus imam al mahdi nih, seru bangeeett…
Namanya juga blog abal2…..
Kalau ndak seru ya bukan blog abal2 namanya.
Nuwun mbah,
Menurut java script abal-abal ternyata si pokemon mengandung vitamin B 😉 … xixixixi…
https://dongengbudaya.wordpress.com/2016/07/31/pokemon-go-mengandung-babi/comment-page-1/#comment-48145
http://www.festivalkopinusantara.com
SERAT WEDHATAMA; PINTU PEMBUKA RAHASIA SPIRITUAL RAJA-RAJA MATARAM
Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng. Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen);“nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.
Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku” spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraihkesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntunstep by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah.
Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional. Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya. Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran kepada saya.
Bedaya Sarpo Rodra
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta
ชมการแสดง-Sultan Palace
beksan lawung ageng kasultanan yogyakarta 3
TARI LAWUNG JAJAR Dance – Javanese Classical Dance [HD
Beksan Lawung (tari klasik gaya Yogyakarta) di Bangsal Srimanganti,
Hofdansen in de kraton van Yogyakarta.
Beksan Gagah VS Alus
Beksan KLANA Topeng SEWANDANA – Tari Klasik Jawa – Javanese CLassical MASK DANCE [HD]
minakjinggo gandrung isi
Tari Beksan lawung pada National Multicultural Festival di Australia
SUCI SANG PINUDYA
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
GOLEK MENAK Kakung Putri – Kraton Yogyakarta – Javanese Classical Dance [HD]
Annual Gamelan Concert featuring Anon Suneko
MATAH ATI – TIJI TIBEH MUKTI SIJI MUKTI KABEH
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
MATAH ATI
Pementasan Sendratari “Raden Wijaya Winisudo”
Koreografi 3 – Malaning Pusaka
BEDHOYO MINANGKALBU
Sebenarnya istilah bahasa induk itu terdengar aneh, karena semua bahasa di dunia ini terus berkembang seiring waktu. Jadi tidak ada bahasa yang bentuknya akan tetap seperti itu selamanya. Baik Bahasa Sansekerta, Jawa, maupun yang lain sudah mengalami perubahan bentuk dari zaman dulu hingga sekarang. Rasanya aneh jika menyematkan status bahasa Induk kepada bahasa tertentu yang masih hidup.
Sepertinya para ahli linguistik juga tidak pernah menyematkan bahasa Sansekerta sebagai bahasa induk. Melainkan bahasa Sansekerta, Bahasa Inggris, Bahasa Latin, dan bahasa-bahasa lain yang berkerabat dikelompokkan dalam satu rumpun yang disebut rumpun Indo-Eropa. Lalu mereka mencoba untuk merekonstruksi induk dari bahasa Indo-Eropa yang mereka sebut sebagai “Bahasa Proto-Indo-Eropa”.
Untuk menentukan evolusi bahasa sepertinya kurang pas jika kita menilik dari ortografi/tulisan dan kosakata saja. Karena kedua hal tersebut bisa saja meminjam dari bahasa lain. Yang paling penting adalah tata-bahasanya
Bahasa Hindi berasal/anak dari bahasa Sansekerta. Dan Bahasa Sansekerta bukan bahasa rakitan.
Kata “bahasa” atau “basa” dalam bahasa Indonesia dan Jawa dipinjam dari kata “भाषा” (bhāṣā) yg artinya ‘bahasa’. Kata “भाषा” (bhāṣā) asalnya dari kata “भाषति” (bhāṣati) artinya ‘berbicara’. Kata “भाषा” dan “भाषति” berasal dari Bahasa Proto-Indo-Eropa “*bʰeh₂-” artinya ‘berbicara’.
Kata “Lingua” berasal dari Bahasa Latin Kuno “Dingua” artinya ‘Lidah’ dan berasal dari bahasa Proto-Indo-Eropa “dn̥ǵʰwéh₂s” artinya ‘Lidah’.
Untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan bahasa-bahasa daerah yang lain, serta bahasa Madagaskar dan Bahasa Hawaii berada dalam satu rumpun yaitu Austronesia. Oleh karena itu, bahasa-bahasa mereka mirip.
Untuk kalimat ini:
“Penulis juga heran, mengapa istilah “bhasa” itu, kalau benar-benar dari Sansekrta, mestinya di Persia, Jerman, Inggris, Latin, Yunani, juga mirip paling tidak ada konsonan “bhs”, tetapi kok jadi “lingua”?”
Kata ‘bahasa’, ‘bersuara’, dan ‘berbicara’, berasal dari kata *bʰeh₂-. Dalam Bahasa Latin kata *bʰeh₂- menjadi kata ‘takdir Tuhan’, ‘kabar’, ‘saya berbicara’, ‘sudah berbicara’, dan ‘cerita’. Dalam Bahasa Yunani Kuno, menjadi ‘saya berbicara’, ‘kabar’, dan ‘suara’.
Kalau dilihat bunyi:
*/bʰ/ menjadi /f/ dalam Bahasa Latin
*/bʰ/ menjadi /pʰ/ dalam Bahas Yunani Kuno
*/bʰ/ tetap menjadi /bʰ/ dalam Bahasa Sansekerta.
Kata “Lingua” berasal dari “dn̥ǵʰwéh₂s”.
Kalau misalnya Anda tertarik dengan evolusi/perubahan bahasa, saya sarankan untuk membaca buku ‘Historical Linguistics: an Introduction’ karya Lyle Campbell. Kalau evolusi/perubahan bahasa-bahasa pada rumpun Indo-Eropa, bukunya adalah ‘An Oxford Introduction to Proto-Indo-European and The Proto-Indo-European World’ karya Mallory.
Kata-katanya ilang:
Sansekerta: bhasa, bhanati, bhasati
Latin: fas, fama, for, fatus, fabula,
Yunani Kuno: phemi, pheme, phone
Wilujeng enjang @ Strivendell,
Maturnuwun sanget atas kunjungan dan sharing pemikirannya 🙂 …
Saya sangat terkesan dengan defenisi njenengan, Conlang atau Constructed language… ‘Bisakah kita membuat bahasa’?… bersamaan dengan itu juga ada Auxialiary Languages (Auxlang) dan Engineered Languages (Engelangs).
https://strivendell.wordpress.com/2016/09/15/bisakah-kita-membuat-bahasa-sendiri-part-1/
Saya setuju bahwa perjalanan peradaban bahasa-bahasa telah banyak melalui kontruksi-kontruksi serta evolusi-evolusi. seperti halnya huruf alpabeth yang berderet dengan komposisi yang di tata sedemikian rupa, lalu bisa melengkapi suatu cerita atau peristiwa atau the missing link 🙂 …
Tanpa bermaksut menggurui, menurut saya apa yang disampaikan oleh Bpk Rao bahasa ‘induk’ di sini mengacu pada Bahasa Ibu atau mother tongue. para ilmuwan lingua dari barat (Belanda) itu boleh mengatakan bahwa Sansekerta ‘berasal’ dari India, tidakkah ini sesuatu yang premature (atau mungkin bermuatan politis), mengingat ada missing link di sini, tidak ada masyarakat yang menggunakan bahasa sansekerta sebanyak dan sepopuler nusantara hingga ke pelosok, bahasa sansekerta di India hanya di pelajari atau di ucapkan para Brahman atau pendeta saja, menurut mereka bahasa sansekerta itu adalah bahasa para Dewa yang berasal dari Surga… dari kata Su-warga, sebutan ‘Svarga’ ini tercermin dari kelopok-kelompok kabuyutan-kabuyutan yang menjadi Paradesa = Paradise … lagi-lagi kata ini berasal dari bahasa daerah yang ada di Nusantara, dan itu hanya salah satu contoh kecil saja.
Speaking of Conlang, how about the originally of Mother tongue? it`s about the pronounciation or the derive of its ‘Consonan language’ 🙂 …
Salam Conlang ❤
bhs arab aja berasal dari bhs sansekerta.
Semua agama di dunia baik agama abrahamik trio samawi juga berasal dari india
Nabi isa pun belajar agama buddha ke india.
Agama hindu telah berusia 4000 thn setua usia nabi adam itu sendiri
Sedikit tambahan allah itu adl dewa bulan yg dipuja bangsa india, salah satu dari 360 dewa india. Kabah juga dahulu adl bangunan hindu