Orang tua kita menamai kita dengan nama-nama berupa kata sifat yang indah dan terpuji, Dewa-Dewi, nama Pahlawan, Ksatria Panji, tokoh Wayang dan nama para Nabi. Baik yang berasal dari bahasa Sansekerta, Arab hingga Eropa.
Lalu bagaimana dengan orang-orang tua di Nusantara dulu menamai putra mereka? Tentunya sama dengan orang-orang tua kita masa kini, yakni dengan kata-kata terpuji, dengan nama-nama pahlawan di zamannya, nama Dewa-Dewi Hindu-Buddha (bagi yang terkena pengaruhnya), dan juga tak ketinggalan pula… nama-nama Satwa, Hewan dan Binatang.
Ya, bagi mereka yang hidup di zaman dulu, nama-nama hewan atau satwa sama berartinya dengan nama-nama tokoh pewayangan (nama-nama bunga biasanya untuk anak perempuan). Ambillah nama-nama tokoh sejarah atau pun tokoh sastra seperti: Kebo Anabrang, Mundinglaya, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Kidang Pananjung, Manjangandara, Mahesa Rubuh, Lembu Tal, Lutung Kasarung, Kuda Wangi, Banyakcatra, dan Ciung Wanara. Dari sini kita mendapati nama-nama binatang seperti kebo dan munding (keduanya berarti kerbau), hayam (ayam), gajah, kidang dan menjangan (keduanya berarti kijang), mahesa dan lembu (keduanya berarti sapi), lutung (kera), kuda, banyak (angsa), dan ciung (burung beo). Belum lagi nama orang yang ada unsur singa—juga nama kerajaan seperti Singasari dan Singaperbangsa.
Nama-nama tersebut memang sebagian berasal dari bahasa Sansekerta (seperti mahesa dan banyak) namun sebagian lagi merupakan kosakata asli bangsa Nusantara (seperti hayam, kuda, lutung, kebo, munding). Kita tak tahu kata-kata apa yang dipakai sebelum wilayah Nusantara terpengaruh Indianisasi. Yang jelas, jauh sebelum pengaruh Indianisasi datang, mereka mengambil nama-nama binatang bagi nama anak-anak mereka.
Dalam tradisi Hindu-Buddha, hewan-hewan tertentu juga memiliki makna istimewa. Lembu misalnya, merupakan kendaraan atau wahana Dewa Siwa. Angsa adalah kendaraan Dewa Brahma, seperti garuda bagi Dewa Wisnu. Gajah tak lain wahana Dewa Iswara atau Isora, dan macan adalah wahana Maheswara. Sedangkan kerbau adalah kendaraan Dewa Rudra, dan singa wahana Dewa Sangkara. Bagaimana dengan binatang mitologis seperti naga yang juga banyak disebutkan dalam sastra dan dongeng zaman dulu? Naga, binatang penguasa alam bawah tanah dan hidup di bawah permukaan bumi, tak lain merupakan kendaraan Mahadewa. Ada pun kera dan burung terdapat pada kayon atau gegunungan dalam pertunjukan wayang, menggelantung dan bertengger di atas dahan nan rimbun; burung raksasa atau wilmana pun merupakan wahana Sambhu ( jangan dilupakan bahwa Hanoman dan pasukan kera pimpinan Sugriwa dari epos Ramayana pun “manusia kera”).
Dalam tradisi kemiliteran masa kuno, nama-nama hewan digunakan sebagai nama siasat atau formasi pasukan dalam peperangan. Misalnya, garuda wyūha atau susunan pasukan berbentuk garuda (wyuha berarti “susunan pasukan”) dan gajendramatta atau gajamatta wyūha atau susunan pasukan berbentuk gajah mengamuk. Begitu pula gerakan beladiri seperti silat yang kebanyakan jurusnya memakai nama-nama hewan.
Dari penjelasan pengetahuan tersebut, kita mulai terbuka dan memahami bahwa hewan-hewan yang disebutkan merupakan makhluk istimewa yang dianggap suci dan sakral. Selain sebagai kendaraan Dewa-Dewa, hewan-hewan bersangkutan termasuk “Raja” di habitatnya dan hidup di hutan belantara. Dalam pandangan dunia manusia dulu, hutan merupakan wilayah suci sekaligus angker, yang hening dan juga rimbun. Ia adalah wilayah ambang, wilayah “perantara” bagi manusia di zamannya dalam berhubungan dengan Dunia Atas yang tak terjangkau. Di hutan pula biasanya salah seorang pahlawan cerita dibuang, diasingkan, dan di sini pula ia menemukan panutan hati, ditolong oleh kesatria gagah nan baik hati yang kadang berwujud binatang seperti Lutung Kasarung. Singkatnya, hutan dan hewan merupakan hal yang menjembatani dunia manusia yang serba terbatas dengan Dunia Atas yang tidak terbatas.
Jelas bagi kita kini bahwa orang-orang tua Nusantara dulu menamai anak-anak mereka dengan penuh pertimbangan. Penamaan adalah doa dan harapan, bahwa kelak keturunan mereka, idealnya, bisa menjadi “Tunggangan” orang banyak dalam saling berbagi kebajikan dalam kehidupan yang saling membutuhkan. Dan bisa jadi, sebelum bersinggungan dengan budaya India, mereka telah menamai keturunannya dengan nama-nama hewan sebagai perlambangan kegagahan dan kejantanan kaum pria 🙂 …
***
my9ui7ar said:
Nuwun
ini juga nama2 yg pernah populer, Singo sari, singo maruto, singo edan, Gagak rimang, betet (pelawak), kebo marcuet,dll
oh ya kalo Paus yohanes paulus termasuk nama binatang apa bukan ya?
Asah asih asuh
PD
sabdadewi said:
@ Paman Dalbo,
Paus Yohanes??… mungkin ‘paus’ tsb artinya suatu gelar dalam bahasanya warga eropa sana, jadi bukan berarti ikan paus. tapi mungkin bisa di tanyakan pada simbah abal-abal… he he he…
Great!!… selamat paman kini telah punya wordpress sendiri, kapan ada waktu saya akan berkunjung ke studio paman, sekalian saya minta ijin untuk mentautkan link-nya sebagai blog pinisepuh, wah nggak nyangkah sekarang kita bertetanggaan 🙂 …
http://pamandalbo.wordpress.com/
Salam seniman,
Dewi
js said:
Salam damai dan rahayu……
Tulisan yang menarik dan membuat hati tergelitik atau bertanya dalam hati kenapa nama manusia linuwih jaman dulu sering mengambil nama binatang …..
Apakah kita pernah membayangkan jika bumi ini tanpa ada binatang ???…..
Bagaimana kira kira bila bumi ini tanpa ada manusia dan isinya hanya binatang.??….
Bila kita berani untuk jujur atau mengakui dan berterus terang….siapakah sebenarnya mahluk yang bersifat merusak lingkungan , berbuat keonaran , berperilaku aneh sehingga bumi menjadi gonjang ganjing …..manusia atau binatang…??….
Siapakah yang lebih diuntungkan dalam kehidupan …manusia menguntungkan binatang atau sebaliknya ??…..
Manusia tanpa habibat binatang dipastikan akan punah atau mati….
Binatang tanpa ada manusia mungkin mereka akan hidup adem ayem saja. ,mereka terus ada , hidup dengan nyaman tanpa ada gangguan dan siksaan…..
Maka kalau saya mau jujur kepada diri sendiri….maka saya mengatakan bahwa binatang ternyata lebih baik dari mahluk manusia…binatang yang berbuat dengan kejujuran dan apa adanya …tidak beda dengan sifat alam.ini……..
Bumi atau tanah mungkin lebih akrab dan lebih bersahabat dengan binatang dari pada kepada manusia dan mungkin saja manusia itu dianggap sebagai musuh bagi bumi …..karena manusia sering merusaknya….
Memakai nama binatang sebagai nama dan gelar atau juluk mungkin dianggap atau bersugesti supaya sifat dirinya bisa jujur , lebih alami / alamiah dan menghormati atau berbaur menyatu dengan alam dan sebagai sahabat , berterima kasih kepada alam / bumi karena bumi sudah menopang dan memenuhi atau menyediakan semua yang dibutuhkan.semua mahluk…
Bbinatang adalah kesatuan dari alam ini dan tidak bisa dipisah , alam dan binatang sebagai simbol dari kejujuran dan apa adanya , simbol kekuatan kelembutan. keharmonisan keakraban dan lain lain….Nuwun…
.
.
sabdadewi said:
@ JS,
Maturnuwun kontemplasinya, dan dari penjelasan pengetahuan tersebut, kita mulai terbuka dan memahami bahwa hewan-hewan juga merupakan makhluk istimewa bahkan ada yang dianggap suci dan sakral 🙂 …
Saya jadi teringat kang RD yang pernah menerawang seseorang yang dahulu kalanya adalah ‘ikan mas’, setelah proses ribuan kali kelahiran, akhirnya ia bisa menjadi manusia, tetapi ‘blue print’ nya belumlah hilang sepenuhnya, walalupun penampilannya menawan, tapi ia memiliki karakter yang banyak durinya, dan harus di ‘pepes’ agak lama untuk bisa menikmati kelezatan dagingnya ^_^…
Nah, kalau seandainya pak JS ini namanya di ganti hewan, maka nama hewan apa yang menjadi favorit njenengan? 😉 ….
Salam bonbin,
Dewi
js said:
Salam Jeng Sabdo…..
Nama JS kalau diganti dengan nama binatang ???….waaah saya senang kalau bernama Kebo Binun…atau Kebo ndladap…..dladab itu artinya kalau jalan suka ngawur …nabrak ini itu….nabrak pagar rumah …tong sampah…tiang listrik dll….he he he….
sabdadewi said:
@ Kebo JS,
Sifat hewan yang ada dalam diri manusia…
‘Kebo’ merupakan makhluk paling kuat, salah satu pemimpin di zodiac Cina. Ia berani, tegas dan tangguh dan mereka adalah orang orang yang tahan banting alias mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kesengsaraan dan kesusahan. Mereka tidak mudah putus asa dan ikhlas untuk bekerja, berkorban dan mendukung untuk sesama. Ia mandiri, tidak gampang ditaklukkan, dapat dipercaya dan tipe orang yang bertanggung jawab, taat akan peraturan dan tidak asal main.
Kebo binun?
Pembawaannya amat tenang dan santai, dalam melakukan tugas sangat berhati hati, bertahap dan teliti. Salah satu mottonya adalah “pelan tapi pasti”. dari kesabaran, ketabahan dan kerja-kerasnya yang secara bertahap dan konsisten, ia dapat mempertahankan kesuksesannya. Salah satu sifat yang paling terkenal dari shio kerbau dari shio yang lain adalah sifatnya yang keras, jika sudah benar benar memutuskan sesuatu, tidak ada orang yang bisa mengubahnya walaupun keluarganya sekaliguspun.
Kebo dladab?
Warga shio Kerbau pada umumnya juga jarang marah, tapi jangan mengambil kesempatan dalam hal ini karena jika Kerbau akhirnya kehabisan kesabaran dan ngamuk mirip seperti gunung yang sedang meletus!. 😉 …
Salam shio,
Dewi
ngintip said:
jeneng kewan? bagus gak ya?
Pengunjung Semprul said:
Binatang itu khan mahluk mulia, cerdas, berpikir, adi luhur, lho koq mau maunya pakai nama binatang yang jelas jelas lebih rendah?
“Siapa bilang manusia derajatnya lebih tinggi dari binatang?” Ya tentu saja manusia.
sabdadewi said:
@ PS bukan SP,
Nah, kalau seandainya simbah pingin merubah namanya menjadi sifat yang mulia, terpuji dan cerdas, sukanya nama binatang apa? 😉 ….
Kalau saya panggilannya ‘Nimas’ saja, singkatan dari si nona ikan mas… yang (masih) banyak durinya 😉 …. xixixixi….
Salam hewani,
Nimas Dewi
Pengunjung Semprul said:
Jadi semut ireng aja deh. Asikkkk… bisa gigit orang, bisa sembunyi di balik kain cewek dan selalu disebut2 oleh orang manusia yang …… kesemutan. Keren khan
senyum said:
jadi nyamuk aja deh.. chiku-ngunya… bikin bikin pegel limu orang… nah kalau sudah pegel linu… mari kita urut urut elus elus… sambil ngunya ngunya ikan mas pepes duri lunak… yang lunak lunak itu huenyaaakkk… apa lagi kalau daging ikannya masih kenyal… makin lahap makannya… hihihi
sabdadewi said:
@ Mbahmut (Mbah Semut),
Bisa gigit orang… bisa sembunyi di balik kain cewek…
Suka disebut orang manusia yang …… kesemutan…
Yeah… namanya juga simbah, keren gitcu lho 😉 ….
@ Mbahmuk (Mbah Nyamuk),
He he he… dipepes meniko artinipun digembleng 😉 ….
Wah, kalau Ki Senyum ini bisa ‘membo’ apa saja
Di udara bisa jadi nyamuk yang terbang kesana-kemari
Kalau di hutan bisa menjadi… macan yang garang 😉 ….
Salam nimas,
Dewi
sabdadewi said:
@ Mbah PS,
Saya ingat pernah mimpi lihat semut berjalan-jalan, saya tanyakan artinya, ternyata semut itu artinya bagus, kita akan bertemu dengan orang/ punya sahabat yang bisa dipercaya, bisa diandalkan, loyal, juga tipe orang yang ramah dan suka bekerja sama- bergotong royong.
Seperti filosofi semut saja ya mbah 🙂 …
Paman Dalbo said:
Nuwun..
Sdri Dewi silahkan sj blog Paman di link, tpi apa tdk terlalu dini mengingat belum ada apa2nya..
Oh ya kemabli lgi ke soal hewan kok paman pingin jadi “Hewan to be millionaire” aja ya
Asah asih asuh
sabdadewi said:
@ Paman Hewan Millionaire,
Good and thank you, don`t worry, that would be alright, `cos all creature have a rights to be a millionare 🙂 …
Excuse me paman, nama Dalbo itu sepertinya bukan dari bongso manungso or bongso kewan, tapi bongso… alus? …. apakah nama itu ada artinya buat njenengan? … maybe you can tell us 🙂 …
Salam creature,
Dewi
Paman Dalbo said:
Nuwun..
hehehehehe ,,Paman sendiri kurang tahu persis nama Dalbo itu nama apa?, setahu Paman nama itu sering dipakai dalam kehidupan sosial masyarakat yg hirarkinya adalah kelas rakyat jelata yg biasanya istila Dalbo di pakai seagai titel bagi karakter orang2 sederhana acuh tak lekang hempasan zaman dan mana ada urus, cengengesan.
itulah yg Paman tahu ttg Dalbo, atau mungkin Dewi bisa denger alumya Sawung jabo, Iwan Fals dkk yg berjudul Dalbo mungkin juga bisa dijadikan refernsi.
Asah asih asuh.
PD
sabdadewi said:
@ PD,
Maturnuwun, barusan saya lihat di youtube, kebetulan ada lagu ‘Dunia Binatang’ by Dalbo, kreasi kanjeng mas Sawong Jabo, keren banget, dan lagu-lagunya memang sarat akan kritik sosial 🙂 …
Ya ya ya ya
Mau makan tak punya uang
Ya ya ya ya
Mau tidur tak punya kasur
Ya ya ya ya
Jawablah jangan diam saja
Kenapa orang susah makin susah saja ?
Ya ya ya ya
Diamlah jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan tutup mulut saja
Ada macan mencakar macan
Ular menggigit ular
Ada gajah membunuh gajah
Kita yang terinjak ya ho ho
Mata liar dimana mana
Mencari mangsa yang lemah
Tangan tangan yang penuh darah
Menindas sambil tertawa
Ada maling teriak maling
Ada musang berbulu domba
Monopoli menjadi jadi
Tangan besi merajalela
Salam binatang,
Dewi
wager said:
Dulu tak kira Paman Dalbo itu saudaranya Paman Gembul, tokoh yang sering muncul di majalah anak-anak, BOBO. Dalbo itu artinya ya DAri MajaLah BObo. Kagak nyambung emang tapi mirip-mirip atau dimirip-miripin lah…….
SUARA said:
HORMAT sesama PENGHUNI
Derek rerembagan, nuwun pangapunten sakderengipun :
Penamaan manusia dengan nama hewan.
Demikian elok tuntunan leluhur.
Nama nama hewan sdh dipakai manusia masa silam jelas tersurat pada sejarah negeri kita.
Sebuah wujud laku, action, menghormati memuliakan ciptaan yang lain, selain manusia. Dengan penamaan manusia dengan nama nama hewan, animal.
Penjabaran, JAWA..seJAtining Welas Asih
” Welasa asih ing sapada pada “…
Berwelas asihlah, berbelas kasih sayanglah kepada semua, sedaya ing mayapada, Alam ndonya, bumi langit seisinya.
Penghormatan manusia pada mahkluk lain, tuntunan hidup leluhur yang konsisten mengormati sesama. Tidak hanya antar manusia saja.
Wujud konkret ajaran ADILUHUNG penghormatan manusia Jawa, Nusantara masa lalu pada mahluk lain.
Wujud konkret kerendahan hati ajaran masa lalu, bentuk konkret kesetaraan antar mahluk.
Wujud konkret kasih sayang, ‘positif thinking’ manusia pada mahluk lain.
CANTIK NIAN ajaran leluhur Nusantara kita tercinta.
Semoga menjadi pencerahan bangsa, negeri ini.
Berangkat dari proses penyadaran manusia yang sudah menep atine, penyadaran manusia yang sudah bening hatinya.
Wujud manusia yang berkitab kan : bumi langit seisinya.
Wujud laku manusianya : menghormati langit seisinya.
Bukti lain, tuntunan leluhur negeri kita berkitab : langit bumi seisinya…
Dari sisi penamaan.
Nama:
suryawarman, surya saputra, ing sun, hari…kependekan matahari, etc
Candra dewi, wulandari.
Tribuana, mangkubumi, mangku alam, hudara, segara, tedjo, etc, etc
Duhai pendahulu pendahulu negeri sugeng, sugeng kagem panjenengan sedaya. Putra wayah uluk salam kagem panjenengan sedaya.
Indonesia Rahayu Jaya Kayaraya Digjaya dihormati segala bangsa ing Alam Semesta Raya
Gigi said:
Boleh jg kalau punya anak nanti dikasi nama Munding, Mahesa. Lembu, Hayam lumayan jg. Tp kalau Lutung…. kayaknya ga deh, Mbak Dewi 😀 😀
sabdadewi said:
@ Dear Gigi,
He he he…. iya betul itu jeng, tapi kalau Lutung Suropati juga bagus lho… eh, itu Untung ya 😀 …
Apalagi kalau Lutung Wanhemat, ahli ekonom modern, asal bukan Lutung Kesandhung saja 😀 … xixixixi…
SUARA said:
Ati ati ngendikan
E L I N G
Replay:
Inggih kangmas maturnuwun 🙂 …
SUARA said:
Diatas langit ada langit
Salah satu Puncak ilmi Jawa itu ..s……..p…….. Ratu
Kecap sak kecap mandi
Sederek Dewi ati ati,
Tiap redaksional diba ca dunia
Dihayati benar, maaf sikaping ati katingal ing lesan
Blog ini sudah menjadi salah satu panduan
Semakin sembodo ing
Kecap sak kecap …….
123annuairesite.Free.Fr said:
I read this article completely regarding the resemblance of most
up-to-date and preceding technologies, it’s awesome article.
sapta riuh andini said:
Yen asma dhalem inggile andini pripun yunda…
sabdadewi said:
@ Sapta Riuh Andini,
Menurut bahasa sansekerta arti Nandini adalah ‘yang menyenangkan’ nama ini juga dikenal sebagai sebutan untuk sapi betina, nama lain dari (N)andini adalah (H)andini atau Andini yang berarti wanita kuat serta perempuan yang penurut 🙂 …
artikel magis said:
nah ini artikel bagus, sekarang nama nama malah lepas dari budaya semisal nama pajero sport untuk bayi, lalu ada nama nama aneh aneh lain lagi demi sensasi
Dewi said:
He he he.. maturnuwun @ Artikel Magis, semoga perusahaan Mitsubishi memberi apresiasi 😀 …