1) LAMBANG-LAMBANG PANCASILA.
Pancasila, dasar falsafah Negara Republik Indonesia, tergambarkan dalam perisai lambang Garuda Pancasila sebagai berikut :
BINTANG :
Melambangkan sila ke
1 : Ketuhanan yang maha esa
RANTAI :
Melambangkan sila ke
2 : Kemanusiaan yang adil dan beradap
POHON BERINGIN :
Melambangkan sila ke
3 : Persatuan Indonesia
KEPALA BANTENG :
Melambangkan sila ke
4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan perwakilan
PADI dan KAPAS :
Melambangkan sila ke
5 : Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
2) LETAK LAMBANG-LAMBANG PANCASILA YANG AGAK JANGGAL.
Letak lambang sila kesatu yaitu ‘Ketuhanan yang maha esa’ adalah di tengah perisai yang sudah tepat karena merupakan sila yang paling utama.
Bila kita perhatikan lebih lanjut, letak lambang2 Pancasila terlihat agak janggal untuk sila2 kedua sampai kelima, yaitu mulai dari kanan bawah dan berputar melawan arah jarum jam.
4 ⇒ 3
⇑ ⇓
5 ⇐ 2
Biasanya bila kita ingin menggambarkan sesuatu dalam sebuah lingkaran, kita akan melakukannya sesuai arah jarum jam.
Saya bertanya pada diri sendiri, apakah ‘kejanggalan’ itu mempunyai makna tertentu atau message tertentu, yang tersembunyi ?
3) MAKNA ATAU PESAN TERSEMBUNYI.
Seandainya kita mulai dari kiri atas, berputar mengikuti arah jarum jam, maka urutannya adalah sebagai berikut :
2 ⇒ 3
⇑ ⇓
5 ⇐ 4
Apakah urutan / sequence tersebut mengandung makna atau pesan yang tersembunyi ?
Kemungkinan sekali, lambang2 tersebut menggambarkan tahapan perkembangan Negara Indonesia sebagai berikut:
1. TAHAP KEMERDEKAAN INDONESIA.
PERIODE SUKARNO.
Tahap kesatu :
Tahap Kemerdekaan Indonesia diawali dengan Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17-8-1945.
Sebagai Negara yang baru memerdekakan diri, perlu perjuangan di forum internasional agar existensi Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat dari Sabang sampai Merauke, diakui oleh dunia inernasional.
Itulah yang diperjuangkan oleh Bung Karno.
Bukan hanya diakui existensinya, tetapi menjadi leader di kalangan negara2 non-blok, dengan idea2 yang cemerlang dan inisiatifnya melaksanakan Konferensi Asia – Afrika.
Tahap awal kemerdekaan Indonesia dilambangkan dengan Kepala Banteng, gambar dari Partai Nasional Indonesia / PNI yang dipimpin oleh Bung Karno !
2. TAHAP PEMBANGUNAN.
PERIODE SUHARTO.
Tahap kedua :
Suharto menyadari bahwa agar Indonesia dapat menjadi Negara besar dan kuat, pembangunan perekonomian nasional perlu mendapat prioritas.
Pada awal pemerintahannya, perekonomian Indonesia masih sangat tergantung pada import barang2 kebutuhan, dari semen dan bahan bangunan, bahan pakaian dan kebutuhan se-hari2, dan hampir semua barang2 kebutuhan lainnya. Produksi dalam negeri adalah minim sekali dan perekonomian berupa export bahan mentah dan import barang jadi.
Suharto melaksanakan pembangunan nasional secara terencana dan terarah dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun-an, pembangunan infrastruktur untuk transportasi, bendungan untuk irigasi, program Keluarga Berencana, program perekonoman pedesaan dengan KUD, PIR, Plasma, subsidi pupuk dan benih dan lainnya, dan pernah mencapai swasembada beras. Pembangunan industry juga mengalami kemajuan yang berarti dan secara nasional telah mengalami kemajuan yang signifikan.
Pembangunan awal yang dipacu dengan cepat untuk mengejar ketertinggalan, membawa serta ‘penyakit balita / kinderziekte’ di bidang management, ineffisiensi dan korupsi.
Kelemahan2 itu memang sulit untuk dihindari karena asselerasi di tahap awal pembangunan, dan kita masih perlu belajar banyak.
Periode Suharto ditandai dengan Pohon Beringin, lambang GOLKAR yang menjadi kekuatan politik
3. TAHAP KEADILAN DAN PERSATUAN.
MUNCULNYA RATU ADIL ?
Tahap ketiga:
Dilambangkan dengan rantai dalam satu rangkaian seperti gelang atau kalung.
Mata rantai ( yang kotak menggambarkan pria, dan yang bulat menggambarkan wanita ) adalah sama besarnya, yang melambangkan kesamaan hak dan kewajiban di depan hukum, equality before the law.
Rantai berbentuk gelang / kalung menggambarkan persatuan.
Dewasa ini kita mengalami kekacauan dalam sistim pemerintahan dan tatanan social, dan perekonomian nasional juga dalam kondisi yang kurang menggembirakan.
Apa bila Indonesia ingin makmur dan sejahtera, persyaratan2 utama adalah :
a. Supremasi hukum.
Pembangunan tidak dapat dilaksanakan apa bila tidak ada kepastian hukum, maraknya korupsi, hukum yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Dengan perkataan lain, tidak adanya keadilan.
Prabu Joyoboyo telah menggambarkan akan munculya Ratu Adil.
Banyak yang ber-tanya2, siapakah sebenarnya Ratu Adil yang diramalkan itu ?
Menurut hemat saya, Ratu Adil bukannya dalam bentuk sosok manusia, tetapi sebagai perlambang dari “Keadilan yang menjadi Ratu”, supremasi hukum !
b. Persatuan.
Pembangunan tidak dapat dilaksanakan dengan baik bila terjadi keretakan, apa lagi perpecahan bangsa. Konflik2 horizontal / vertical akan sangat menghambat pembangunan.
Kita masih berada dalam masa transisi untuk mencapai Tahap Ketiga yaitu Tahap Keadilan dan Persatuan
Prabu Joyoboyo meramalkan :
“Kalau Ratu Adil sudah muncul, Nusantara ( Indonesia ) makmur”.
4. TAHAP KEMAKMURAN.
Tahap ke 4 yaitu Tahap Kemakmuran dilambangkan dengan Padi dan Kapas, sandang pangan yang Mudah2an Indonesia akan makmur dalam kurun waktu yang tidak lama lagi.
Demikianlah sekadar lamunan kami tentang hidden message yang tersembunyi dalam lambang Garuda Pancasila.
Semoga Indonesia dapat segera keluar dari kondisi yang sangat memprihatinkan di mana tata kehidupan berbangsa dan bernegara, tata kehidupan social telah kehilangan nilai etika dan moral, dan hampir separo masyarakat masih berada di bawah garis kemiskinan.
Jakarta, 12 Agustus 2011
W. Haryono
***
Biodata:
Nama : W. Haryono ( Yon )
Alamat : Jl. Rembiga Blok N-2, Kemayoran, Jakarta 10720
Tempat/ tgl lahir : Semarang, 12 Agustus 1938
Email : w.haryono@yahoo.com
Hp : +62 811 96 1236
Profesi : Airport Consultant / pensiun dari PT Angkasa Pura II
***
sabdadewi said:
@ Bpk Haryono,
Maturnuwun panggraitanya, bahwa yang di nanti-nantikan bangsa ini adalah ‘Ratu Adil’ tapi itu bukan mengacu pada sosok seseorang, melainkan Keadilanlah yang akan menjadi Ratu di bumi Nusantara 🙂 …
Mekaten nggih pak Yon ?
Salam supremasi,
Dewi
W. Haryono said:
Bu Dewi Yth,
Matur nuwun sampun dipun posting.
Ada error sedikit Bu, yaitu tidak munculnya gambar perisai Garuda Panca Sila yang menggambarkan urutan lambang2 yang counter-clockwise dan tahapan perkembangan NKRI / Nusantara yang clockwise.
Nuwun,
Yon
admin said:
@ Pak Yon,
Pangapunten, kesalahan counter angka secara clockwise pada urutan lambang pancasila sudah di perbaiki peletakannya, Maturnuwun 🙂 ….
W, Haryono said:
Matur nuwun.
JDD said:
Maturnuwun Pak Yon,
Memang urutan pancasilanya harus secara clockwise bukan anty-clockwise, supaya nggak amburadul tatanan dalam berbangsa dan bernegara ?…
Menurut versi Soekarno, hari kelahiran pancasila tgl 1 juni, pun hari kesaktian pancasila 30 september yang di ciptakan Soeharto itu juga penuh rekayasa politik.
Mungkin akan lebih baik lagi kalau kita mengembalikan pancasila ke roh spirit filosofi ‘bhineka tunggal ika’ yang lebih universal yang sudha kita miliki jauh sebelum jaman ciwa-budha, sebelum agama hindu dan islam masuk ke tanah air dan sebelum ‘nusantara’ menjadi ‘indonesia’ oleh versi kolonialis/ VOC.
Timing memunculkan panggraita pancasila ini sangat tepat, karena kita mengharapkan akan ada perubahan yang significant untuk indonesia setelah pemilu nanti.
Jaya jaya wijayanti…
W. Haryono said:
Mas JDD.
Memang betul, kita / bangsa Indonesia telah melupakan Panca Sila sebagai ‘staats fundamentaal norm’, falsafah bangsa dan negara, kita telah kehilangan “ruh” dan jati diri bangsa.
Sudah saatnya bangun dan bangkit kembali menegakkan falsafah “Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa” demi kejayaan Nusantara tang kita cintai.
Rahayu,
Yon,
jenggot uban said:
Jempol untuk Pak Yon. Ternyata simbol itu tidak sesederhana yang saya pikirkan.
W. Haryono said:
Mas Jenggot Uban.
Terima kasih atas komplimennya,
Mudah2an Pemilu dan Pilpres 2014 dapat memunculkan tokoh2 yang dapat membawa kejayaan Nusantara dan kesejahteraan rakyat.
Rakyat sudah mulai sadar bahwa issue SARA adalah sangat destruktif dan dukungan kepada partai2 yang mengusung jargon2 tersebut sudah mulai ditinggalkan, terlihat dari merosotnya perolehan suara dalam 3 pemilu terakhir.
Munculnya Jokowi / Ahok menjadi Gub dan Wagub DKI Jakarta merupakan indikator telah berubahnya iklim politik, terbukanya hati nurani rakyat, indikator bahwa “alam” telah berubah.
Perubahan ini sejalan dengan janji Sabdo Palon Noyo Genggong yang akan membangkitkan kembali “agomo budhi” 500 tahun setelah runtuhnya Majapahit.
Saya kira, melihat the hidden message dalam lambang2 Garuda Panca Sila, kita sudah memasuki masa transisi ke tahap pembangunan Nusantara yang adil dan bersatu. yaitu Era Ratu Adil => Keadilan yang menjadi ratu. yang dilambangkan dengan rantai di sudut kanan bawah.
Salam Nusantara Jaya,
Yon.
jenggot uban said:
>>…rakyat sudah mulai sadar >>@pak Yon>>>
Mudah2an Pak. Tapi menurut saya sih, yang sadar ya sadar, yang kagak ya sampai uanan juga tetap saja tdk akan mungkin sadar. Maaf Pak, saya orangnya jiwa kecil dan pesimis terus……salam
waryadi said:
Agomo budhi niku nopo to pak?
JDD said:
@ Jenggot Uban,
Simbah tidak pesimis….
tapi memang realistis 🙂 ….
@ Pak Yon,
ngomongin tentang jiwa, bedanya apa ya pak :
antara jiwa kecil vs jiwa besar ? 🙂 …
Maturnuwun.
W. Haryono said:
Mas JDD,
Maasalah yang anda ajukan : “ngomongin tentang jiwa, bedanya apa ya pak :
antara jiwa kecil vs jiwa besar ? 🙂 …”, sebenarnya saya tidak tahu banyak karena manusia adalah ‘a complex being’ yang sejak jaman baheula orang telah mencoba untuk mengupasnya, menganalisanya, memahaminya dari berbagai sudut pandang agama, fisika / metafisika, psikholologi / para-psikhologi, filosofis, nature / super-nature, alam nyata / alam gaib dan sebagainya, serta hubungannya dengan alam semesta.
Pendapat mana yang benar atau yang paling benar, walahualam bisawab. The absolute truth hanya diketahui oleh Sang Pencipta.
Saya ingin menyampaikan pemahaman atau persepsi saya tentang jiwa cilik dan jiwa gede, jagad cilik dan jagad gede atau mikro kosmos dan makro kosmos.
Manusia adalah bagian dari alam semesta hanya saja bagian yang amat sangat kecil.
Seandainya kita mengambil setetes air laut, tetesan air itu merupakan bagian yang amat kecil dari samudra luas. Secara kwalitatif, tetesan air laut itu adalah sama yaitu air dan garam, H2O + NaCl. Tidak ada bedanya.
Tetapi secara kwantitatif, tetesan air laut itu hanyalah bagian yang amat kecil dari samufera luas.
Secara analogis, karena manusia adalah bagian dari alam, manusia juga mempunyai sifat dan karakteristik dari alam / kosmos dalam kwantita yang amat sangat kecil.
Kalau kita memahami alam itu adalah “Alam” dengan huruf besar, yaitu Sang Pencipta, seyogyanya manusia juga mempunyai sifat2 ketuhanan / supra-natural dalam diri kita misalnya kemampuan gaib.
Menurut saya, setiap manusia mempunyai kemampuan supra-natural. Masalahnya adalah bagaimana kita dapat memunculkan kemampuan itu ?
Caranya adalah dengan olah-bathin, melepaskan diri kita dari pengutamaan aspek duniawi.
Saya harapkan para ahli kebatinan dapat menjelaskannya dengan lebih mendalam.
Jadi tidaklah salah bila ada yang mengatakan “God is in us. Tuhan ada dalam diri kita”, asal jangan disalah-artikan “kita adalah Tuhan” !
Mohon para pini sepuh dapat mengkoreksi pandangan saya yang mungkin keliru atau kurang tepat.
Salam rahayu,
Yon.
JDD said:
@ Pak Yon,
Maturnuwun pencerahannya, poin yang saya tangkap adalah jagad kecil merupakan bagian dari jagad besar/ semesta ini, sebaliknya jagad besar juga ada dalam jagad kecil kita. itulah mengapa kita adalah makhluk universal, becouse universe is us 🙂
Ketut Gede said:
Sebenarnya perputaran energi ada 2 yaitu ke arah kanan yang disebut Purwa Daksina dan ke ara kiri disebut Pra Sawiya, dalam Pancasila ini maksudnya kita lebih banyak memahami kedalam sesuai putaran ke kiri namun kenyataanya sekarang lebih banyak pemahaman keluar atau putaran kekanan sehingga kita sering menyalahkan dan menyesatkan yang lainya dan mengaku diri sendiri yang paling benar, maka kacaulah Indonesia seperti saat ini dimana yang mayoritas mengkafirkan yang lainnya semoga menyadari kekeliruan kita dan bisa bangkit lagi agar kasus seperti Satinah tdk terulang lagi…………_/\_
W, Haryono said:
Mas Ketut Gede,
Betul sekali bahwa ada 2 arah putaran energy sesuai pemahaman secara spiritual / metafisik / mistik.
Tawaf selama naik haji dan ritual berputar-putar kaum Suffi di Turki, berputar kekiri atau counterclockwise.
Salam,
Yon.
Ketut Gede said:
Itu juga meniru ajaran Prasawya yang didapatkan oleh Nabi Muhammad dari Baghwan Sukra sebagai gurunya beliau saat sebelum menjadi nabi itu yg saya dapatkan dari beberapa literatur asli yg masih tersimpan di museum di Turki namun tdk ada yang berani mempublikasikan krn dianggap kebohongan……… _/\_
W. Haryono said:
Mas Ketut Gede,
Sebenarnya apa yang terjadi adalah pembodohan oleh para “elit / pemuka” agama, orang2 yang merasa dirinya ahli yang paling tahu soal agama dengan memakai bahasa asing yang tidak dimengerti rakyat jelata yang lugu dan khalayak ramai.
Mereka sering memutar-balikkan fakta dan memlintirnya dengan”ancaman” akan masuk neraka bila mepertanyakan atau meragukannya.
Sebuah contoh lain dari manipulasi fakta sejarah adalah tidak diakuinya sebagian besar, kalau tidak salah 8 dari 9 Wali Songo adalah orang2 Cina.
Brainwashing semacam ini bertujuan agar mereka dapat menggiring dan mengendalikan para pengikut untuk kepentingan kelompok, yaitu kekuasaan.
Agama dijadikan alat ( untuk mencapai ) kekuasaan. Para pengikut yang sudah dicuci otaknya, dengan dalih membela agama dan iming2 hadiah masuk surga, dengan mudah diperintahkan untuk berbuat anarkhis, merusak tempat2 ibadah, sweeping tempat hiburan dan tindakan brutal lainnya.
Bukan agamanya yang salah, tetapi oknum2nya yang menyalahgunakan agama untuk kepentingannya sendiri dan kelompoknya !
Bukankah ajaran leluhur kita yang berlandaskan “welas asih” itu lebih mulia, indah dan adiluhung penuh kedamaian ?
Mohon maaf kalau ada kata2 saya yang tidak berkenan.
Salam rahayu,
Yon.
Ketut Gede said:
Wasudewa kutumbakam : Kita semua adalah bersaudara yaitu sesama manusia sebagai penghuni bumi, dimana semua ajaran adalah baik dan selalu mengayomi umat manusia secara universal, dimana di dunia ini tidak ada manusia yg sempurna termasuk nabi dan yang lainya tidak ada hanya ajaran atau agama tertentu yg paling diterima di hadapan Tuhan dan manusia golongan tertentu yang nantinya masuk surga, seperti yang Mas Yon sampaikan krn itu semua bersifat politik yg menghalalkan segala cara untuk pembenaran belaka dan bahkan klaim yg tdk bisa dibuktikan kebenaranya, semoga ini dapat menjadikan kita semakin rukun dalam menjalani kehidupan di bumi nusantara seperti ajaran leluhur yg welas asih. Om atma sampurna ya namah, om jiwatmanam sampurna ya namah, om raga sarira sampurna ya namah om ksama sampurna ya namah….._/\_
indols said:
🙂 nyimak mawon kulo
js said:
Salam hormat kepada Bapak Yon , para rekan dan porosepuh ……
Ikutan nyimak……
.
Tuhan bersifat Netral dan Adil……
Kebaikan dan keburukan adalah dari perilaku….
Hidup ( di bumi ) adalah Surga…..sebagai bukti nyata bahwa Tuhan adalah Maha kasih dan Sayang….
Neraka hanyalah hasil ciptaan atau akibat dari perilaku dan perbuatan manusia itu sendiri…..
Salam Hati Nurani…
jayadi said:
sugeng rahayu poro sedulur.
kalo dlm ajaran salahsatu agama mayoritas di nusantara ini. ada kalimat pembuka sekaligus pengingat bagi pemeluknya yaitu ” dengan nama tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang”. sebuah kalimat yg selalu diucapkan namun jarang sampai menyentuh kalbu setiap pemeluknya. seandainya mereka memahami dan menerapkannya hanya kedamaian yg mereka temui.
rahayu
W. Haryono said:
Para kadang ingkang kinurmat,
Jangan heran kalau kalimat pembuka selalu diucapkan tapi hanya di bibir saja, tidak dari hati supaya terlihat orang itu religius, taat agama, “suci” dan berbudi baik, tidak korupsi !
Supaya dia kelihatan sebagai orang baik, bisa dipercaya dan menutupi watak dan perilakunya yang kurang baik. Lihat saja berapa banyak yang terjerat hukum, baik terkena kasus korupsi, penipuan dan amoralitas / pelecehan, bertindak anarkhis, pengrusakan2 harta benda orang lain dan main hakim sendiri
Tambah lagi kalau sudah menyandang gelar tertentu, berdandan seperti orang sono dan merubah penampilannya dengan ngingu brewok walaupun cuma 7 ler / helai, egonya ter-belai2 dan merasa dirinya sudah yang paling hebat dengan melupakan jati dirinya.
Tragis memang. tapi itu kenyataannya.
Sudah saatnya kita kembali membangkitkan budaya Nusantara yang adiluhung.
Salam sejahtera,
Yon.
SUARA said:
KEREN
Salut utk kang Yon, sedulur semua, tak lupa saudara sabda Dewi penyedia media…
Mustika mustika, pesan mulia dalam lambang negeri kita : Garuda Pancasila wajib kita bedah, monggo tinemu tinemu yg lain dari kawan yg lain bisa disampaikan pula.
Substansinya ada kehendak utk memasang kembali lambang negeri Garuda Pancasila di ruang tamu masing2 rumah atau dan gedung gedung kita.
Kita tegakkan budaya memasang lambang Garuda
Saya yakin karya lambang negeri Garuda Pancasila proses penciptaannya,
sudah melalui proses kontemplasi, olah spirituil yg dalam.
Karya melalui prosesi seperti itu kalau kita pasang dirumah pasti ber aura juga mewarnai….
Minimal rasa cinta negeri sendiri, pada penghuninya.
Nasionalisme muncul bersinar ….di seantero negeri kita.
Kalau tinemu, panggraito dalem..untuk
hidden message lambang Garuda Pancasila
Kosa kata :
GARUDA….
adalah Elang, Rajawali
Garuda nama specifik untuk burung RAJAWALI JAWA.
Ada pesan : jadi lah bangsa Elang, Bangsa Rajawali rajawali.
Pesan kuat ,
kita ini jadilah bangsa rajawali rajawali…sudah diwujudkan..kosakata gelar Raja.
Ilmu rajawali sudah ada di negeri kita…nanti tahu trap, tingkatannya ilmi Rajawali dengan ilmu wali wali.
Remember kita keturunan rajawali rajawali…
Tugas kita mencari sampai menemukan, mendapat ilmu rajawali rajawali.
Ilmu RAJA RAJA
Salah satunya..: HASTA BRATA., tentu banyak yang lainnya.
Peneladanan leluhur kita tdk pd manusia saja..tapi sampai pada bumi, candra, surya, dll….
Keren mana ilmi rajawali dan wali.
Sudah terbuka kan hijab kita.
Keren kan ilmi Jawa Nusantara kita.
Pelajari lebih dalam..tambah takjub nanti kita pada ilmu LELUHUR kita SENDIRI.
Hidden message berikutnya:
GARUDA = GA.gah RU.pawan seperti uDAra
Deskripsi kosa kata Garuda…
Pesan kuat…
Bahawa Leluhur, nenek moyang kita, pendahulu kita cenderung anonim, dalam setiap karya masa lalu.
Beliau menjalankan laku , ber bil hal , ber action seperti : ” udara ” ,
sudah berjasa tapi tidak ingin terkenal.
Itu pula prinsip ilmi Jawa :
…adiluhung, dahsyat, tapi tidak ingin menonjolkan diri, tidak mempromosikan yang terbaik di dunia, tidak merasa paling benar,
tidak berpropaganda, etc…keren kan ?
Seperti perwujudan karakteristik : UDARA
Hidden message:
PANCASILA
Panca dlm pengertian angka adalah : 5
LIMA,
angka 5 simbol puncak angka, jari jari masing masing jumlah lima.
Enam adalah 5 + 1…dst. Nya.
Simbolik wujud doa dari pendiri negeri agar generasi berikutnya bangsa Indonesia mencapai angka puncak, menjadi yang terbaik di bidang masing masing.
LIMA,
juga kependekan dari vocab PANGLIMA…
Simbolik doa pendiri negara utk masa depan bangsa Indonesia menjadi Panglima Panglima pelindung, penjaga negeri tercinta Republik Indonesia ini.
SILA,
Dalam sikap tubuh , body language , ada istilah sikap :…. ” berSila “.
Simbolik sikap pribadi yg ber ketenangan jiwa, sikap kewibawaan, simbolik sikap kesantunan dalam bersosialisasi antar manusia, dan manusia pada alamnya.
Sikap karakter manusia yg open mind, egaliter, CERDAS.
Demikian urun rembug sedikit tentang panggraito hidden message.
Sedikit panggraito, tinemu pesan simbolik dari kosa kata : GARUDA PANCASILA.
Tentunya banyak tinemu lain..lebih elok kalau tinemu, panggraito teman lain diwedarkan…tentu ada tinemu tinemu yang lain dari kawan yang lain, akan lebih melengkapi.
Semoga kebanggaan , bentuk hormat pada karya pendahulu pendahulu negeri tegak di negeri kita ini.
Bentuk perwujudan manusia yang mulia.
Mari kita pasang lagi simbol negara kita Garuda Pancasila di rumah, gedung gedung di seantero negeri.
Maaf beribu maaf saya haturkan…..
Bila mungkin ada yg tidak setuju ,
utk memasang simbol negara Garuda Pancasila di rumah atau dan di gedung gedung di seantero negeri kita ini.
Buat yg tidak setuju mungkin option : utk jadi warga negeri lain bisa menjadi pertimbangan.
Gimana pendapat njenengan ?
W. Haryono said:
Mas Suara,
Terima kasih atas pemberian makna yang lebih jelas tentang Panca Sila dan anjurannya untuk memasan lambang Garuda Panca Sila di rumah dan kantor masing2. Setuju !!!
Tetapi yang lebih penting adalah lebih penting adalah menghayatinya dan menanamkannya dalam hati sanubari kita masing2.
Salam Nusantara yang rahayu,
Yon.
kawulo alit said:
RATU ADIL
Bila diterjemahkan harafiah bahasa jawa mungkin demikian: sebutan “ratu” mestinya wadon/putri/perempuan/wanita. Wanita bila sudah mengandung akan melahirkan baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. jadi artinya “ratu” adalah sifat tidak pilih kasih. Sedang “adil” juga berarti tidak pilih kasih. Jadi Ratu Adil adalah sifat adil yang sejati…monggo dipun nalar: apakah ada manusia yang bersifat adil sejati? kecuali kewahyon (niki ugi mung sok’e)
Lajeng…
SATRIO PININGIT.
Satrio adalah SIFAT ksatria manusia yang tidak mengenal gender, yang tidak bisa dijamah dengan apapun artinya melekat /tersebunyi dalam pribadi. PININGIT yang artinya tersembunyi. Jadi Satria Piningit artinya berjiwa satria sejati…monggo dipun nalar: apakah ada manusia yang berjiwa satria sejati?
Lajeng
PEMANGGIH KULO
Ratu Adil & Satrio Piningit saya sependapat dengan komen-komen sebelumnya. Para pengarang/penulis/pujangga/pencetus Ratu Adil & Satrio Piningit sudah muak-judek terhadap keadaan situasi dan lingkungan yang tidak adil..dan memohon keadilan kepada Sang Pencipta. Namun kenyataan sampai sekarang malah tambah parah..kalau dahulu banyak masih BUTA AKSARA sehingga hanya mendengar seletingan ratu adil-satrio piningit namun sekarang banyak yang BUTA RASA. Panjang-punjung pasir wukir gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem karta raharja mung dadi slogan nyatanya tidak demikian. penjajahan masih berlangsung,,BERDIKARI yang didengungkan Bung Karno sebagai pembakit semangat bangsa mlempem kaya krupuk kanginan..sampai kebangetan benar indonesia yang terdiri ribuan kepulauan, garam saja kok ya import..
mekaten rumiyin pamaggih kulo. wonten klethunipun nyuwun pangapunten. nuwun.
Salam kenal. Rahayu
kawulo alit
kawulo alit said:
waduh..nyuwun pangapunten bapak Yon kulo salah ngepos..dipun hapus kemawon mbak Dewi (admi).
Nuwun. Rahayu
kawulo alit
admin said:
@ Kawulo Alit,
Maturnuwun, whe lha nggih sayang to, tulisan apik-apik kok di delete, mboten menopo, santai mawon mas 🙂 …
Nopo komentar di pindah ten ruang ‘Wacana Ratu Adil’ pripun?…
Dus sami mawon, mbok bilih bab Ratu Adil lan Satrio Piningit meniko ugi kelebet ingkang lambang garudanipun 🙂 …
kawulo alit said:
bab PANCASILA..yang disimbulkan gambar burung garuda pancasila menurut saya mudah-mudaha keliru: Burung garuda apakah ada di Indonesia ini? kalau ada burungnya seperti apa? mengapa tidak pernah diceritakan tentang bagaimana karakter burung garuda itu? Kalau garuda mengacu kepada epos ramayana tentunya harusnya juga diceritakan karakter manuasia/dewa berwajah burung yang sakti mandraguna titihan wishnu itu. yang ada hanya disebutkan garuda pancasila.
lambang pancasila dalam tameng. gambar bintang juga dibentukkan dalam gambar tameng..apakah untuk waktu sekarang ini masih relevan…kalau sifat-sifat dalam pancasila hanya sebagai tameng apakah tidak mempengaruhi pelaku-pelaku yang menjalankan roda pemerintahan(utamanya)..maklum gambar garuda pancasila jadi pelengkap dinding ruang kerja para pelaku tadi..manksud saya sifat yang baik pancasila tadi hanya tameng saja, mengingat kasus korupsi saat ini banyak terungkap..adakah relevansinya?
monggo dipun onceki
Nuwun Rahayu
kawulo alit
SUARA said:
Selamat pagi.
Met kenal kagem semua. Ngapunten nDerek rerembagan.
To: saudara sehobi ketik2, sederek :,Kawula Alit
Tentunya sederek kang Haryono atau sederek Dewi bisa melengkapi gambar burung Garuda. Maaf ini saya nderek melengkapi, sepengetahuan saya saja.
GARUDA
Burung Garuda memang ada,
Burung Garuda salah satu nama jenis burung elang di dunia ini.
Di searching aja…burung garuda. Nanti ketemu.
Atau,
Kalau kita sempat jalan jalan di gunung, mungkin kita ”bejo’ dapat bertemu burung Elang sedang terbang di alam.
Kita amati, gerakan terbangnyan nya keren…anggun tenang berwibawa.
Sarangnya…tinggi. Biasanya lebih tinggi dari sarang burung yg lain.
Waktu melayang : tenang, anggun, berwibawa, specifik gerakan burung elang,
Garuda tenang anggun gagah.
Tetapi kalau betul betul kita amati, pakai teropong besar.
Matanya tajam, teliti.
Dan kalau ada sasaran dibawah..elang gerakan cepatluar biasa. Cepat, saat kaki turun dan segala perangkat tubuhnya siap menyambar. Aduh tak bisa diuraikan kata.
Ke elokkan gerak anatomi burung elang, Garuda inilah yang juga jadi. Doa nyata.
HIDDEN MESSAGE UNTUK KITA SEMUA,
Keluhuran ajaran negeri kita ini cenderung mengamati dari sisi keindahan, keagungannnya gerak karakter pengamatan fauna.
Dominan POSITIF THINKING dalam pengamatan tentang alam.
Ini juga hidden message, pesan kuat untuk menyayangi mahluk lain, tidak hanya antar manusia.
Hidden message..jadilah manusia yang berpikiran positif.
Dari pengertian rohani, batin..
dalam perikehidupan burung, burung elang simbolik raja burung.
Burung Elang,
Garuda simbolik penguasa langit ( dalam peri kehidupan burung ).
Juga Hidden Message : doa para Pendiri Negeri kita, harapan nyata untuk kita semua menjadi manusia yang berderajat tinggi dan mendapat kemuliaan.
Inilah bentuk respected manusia pada mahluk yang lain. Dan sudah lama rasa respect pada alam ini di negeri kita. Lihat tradisi kultur budaya dari Sabang sampai Merauke. Ada pesan kuat, kita wajib mencintai alam, tanah air kita.
HIDDEN MESSAGE TOO
Jadi teringat,
putaran tata letak angka di dada simbol Garuda Pancasila.
Adalah : harapan pendiri negeri, ” The Founding Father ” pejuang pejuang perintis kemerdekaan negeri Indonesia ini.
Beliau punya asa, cita cita mulia pada generasi penerus negeri Indonesia tercinta ini untuk bisa meraih kembali.
MERAIH KEMBALI KEJAYAAN, ke Masa Gemilangan Negeri Kita seperti Sejarah Agung negeri kita.
Semoga sederek Kawula Alit sempat jalan jalan berkelana, sehingga bisa menemukan elang di alam aslinya. Di gunung yang relatif terjaga ‘naturalnya’.
Yang sangat memprihatinkan..saat ini langka.
Mari kita mendoakan fenomena tsb diatas muncul lagi.
Muncullah Situasi kesadaran para pemimpin negeri kita untuk memprotect mountain, forest dari gangguan manusia , muncul lagi, kembali lagi.
Berupa : peraturan daerah ( perda ), atau undang undang ( UU ) perlindungan Lingkungan Hidup. Lebih focus dan meluas.
Terlegalisasi secara yuridis formal secara kuat dan permanen.
Untuk menjadi harta karun, warisan peninggalan mulia, bagi anak cucu keturunan, generasi berikutnya bangsa kita.
Wah..udah dulu ya
Untuk sederek Kawula Alit,
semoga sederek W. hariyono, sederek dewi, sedrek lain bisa melengkapi lebih komperehensif dalam konteks membangun Cinta negeri kita.
Thank’ s..
kawulo alit said:
salam kenal ugi mas Suara..maturnuwun pencerahannya
SUARA said:
@ admin..
elok juga kalau ada burung elang Garuda.
Patung Garuda eyang Prabu airlangga.
Etc
Thanks , fresh di mata if ada foto keren Garuda.
Replay:
Seperti ini ya bro 🙂 …
SUARA said:
Hmmmm….
Ember Bo said:
wah ini sangat menakjubkan !
Ternyata perjalanan bangsa dan negara kita ini sejak jaman kemerdekaan sudah digambarkan akan mengalami beberapa tahap/fase yang dilukiskan melalui lambang-lambang Pancasila sebagaimana diungkap oleh Pak W.Haryono.
Dan perjalanan bangsa ini memang sudah mencapai pada fase pencarian “Ratu Adil” sebagaimana Prabu Joyoboyo telah meramalkan jauh sebelumnya bahwa bangsa kita akan mencapai masa keemasan setelah kita melewati masa-masa yang sulit.
saya semakin yakin bahwa bangsa kita tidak lama lagi akan menjadi bangsa yang makmur adil dan sejahtera walaupun akan ada banyak halangan, rintangan dan bencana (semoga tidak).
Pemimpin yang baru nanti, pasti bisa mengatasinya yaitu Pemimpin yang Adil, mau bekerja keras, sederhana dan lebih mementingkan rakyatnya. Amin
Admin :
Ember Bo juga sangat menakjubkan 😀 …
belN said:
YANG MAYORITAS MELINDUNGI YANG MINORITAS, YANG MINORITAS MENGHORMATI YANG MAYORITAS?
“Yang mayoritas melindungi yang minoritas, yang minoritas menghormati yang mayoritas”, adalah sebuah kalimat pendek yang berbahaya.
Kata-kata ini keluar spontan, bukan dibacakan dari naskah yang sudah dipersiapkan.
Kita tahu, bahwa semua ucapan yang keluar secara spontan biasanya itulah yang tersurat dan tersirat dalam hati seseorang.
Itulah nilai-nilai yang dianut dan dibatinkan seseorang. Sebagai warga negara yang mencintai kemajemukan Indonesia, dan yang telah turut berjuang untuk memeliharanya, saya terdorong memberikan kritik sehat, semoga berguna untuk kita semua.
Bahayanya pernyataan di atas adalah, karena kata-kata ini diucapkan oleh Hatta Rajasa, Calon Wakil Presiden RI dari koalisi partai Gerindra, dalam debat Capres/Cawapres Senin 9 Juni 2014.
Debat publik yang merupakaan rangkaian kampanye Pilpres ini, bertujuan untuk menyampaikan visi, misi dan program tiap kandidat, kepada masyarakat Indonesia, dengan satu harapan supaya rakyat memilih yang bersangkutan menjadi Presiden/Walil Presiden pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti.
Dari sekian banyak program, agenda dan janji yang dijual kedua kandidat dalam debat publik yang berlangsung hangat selama dua setengah jam itu, Cawapres Hatta Rajasa menjual sebuah program, bahwa andaikata Prabowo-Hatta terpilih menjadi Presiden, salah satu program yang akan diimplementasikan berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia adalah ungkapan tadi: “Yang mayoritas melindungi yang minoritas, yang minoritas menghormati yang mayoritas”.
Dengan kata lain, sekiranya Hatta Rajasa (dan tentu bersama pasangannya Prabowo Subyanto) terpilih menjadi pemimpin bangsa ini pada periode 2014-2019, maka konsep inilah yang akan mempengaruhi kebijakan-kebijakannya dalam hubungannya dengan kehidupan umat beragama yang majemuk di negeri ini.
Kalau prinsip ini menjadi pegangan seorang pemimpin bangsa Indonesia, maka rusaklah fondasi-fondasi, pilar-pilar dan prinsip-prinsip pokok keindonesiaan: UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, yang dibangun dan diperjuangkan oleh para pendiri bangsa, dan yang kita-sama-sama pelihara 69 tahun ini.
Kalimat “yang mayoritas melindungi yang minoritas” bertentangan dengan UUD 1945, yang dalam pembukaan dan batang tubuh UUD itu ditegaskan bahwa
Tidak ada yang mayoritas dan tidak ada yang minoritas. Tidak satu kata pun dalam UUD 1945 yang menyebutkan mayoritas dan atau minoritas agama;
(2) Semua agama yang ada di Indonesia diposisikan dalam status hukum yang sama, tidak ada mayoritas dan tidak ada minoritas;
(3) Tugas melindungi segenap bangsa Indonesia itu adalah tugas Pemerintah, sesuai perintah UUD 1945. Tidak ada ketentuan dalam UUD 1945 dan atau dalam Undang-undang mana pun yang mengatur bahwa “yang mayoritas”, melindungi “yang minoritas”.
Sejarah Indonesia sangat berbeda dengan sejarah negara-negara di Timur Tengah.
Di Indonesia tidak ada agama yang menaklukkan, dan tidak ada agama yang ditaklukkan.
Islam datang ke Indonesia bukan dengan kekuatan militer yang menaklukkan agama-agama lain, tetapi datang dengan cara-cara damai yang penuh dengan toleransi. Oleh karena itulah, walau sekitar 85% penduduk Indonesia beragama Islam tetapi Indonesi bukanlah negara Islam.
Justru di sinilah terletak keunikan bangsa Indonesia, yang diapresiasi oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
UUD 1945 menegaskan bahwa semua agama yang ada di Indonesia sama kedudukannya dan dijamin kemerdekaannya.
Karena itu penyataan Cawapres Hatta Rajasa itu bertentangan dengan hakekat UUD 1945. Pernyataan-pernyataan “mayoritas-minorits” yang berulang kali diucapkan oleh pasangan Prabowo-Hatta selama debat Capres/Cawapres berlangsung, sangat mengkhawatirkan umat beragama di Indonesia, mau dibawa ke mana negara Pancasila ini dengan ciri kemajemukan dan kerukunan umat beragama yang telah terbina sekian lama.
Ungkapan Cawapres Hatta Rajasa ini sama substansinya dengan kata-kata yang terkandung dalam Menifesto Gerindra tentang agama, yang antara lain berbunyi:
“Negara juga dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama”.
Negara yang seperti apakah yang sanggup melakukan penjaminan kemurnian agama di dunia ini, kecuali negara agama.
Negara demokrasi termasuk negara Pancasila seperti Indonesia, tidak memiliki hak untuk menentukan mana ajaran yang benar dan mana yang tidak benar di dalam agama-agama yang ada di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu.
Hanya negara agamalah yang mempunyai lembaga keagamaan, seperti “mufti” yang bertugas untuk menentukan mana agama yang ajarannya benar dan mana agama yang ajarannya tidak benar.
Indonesia jelas bukanlah negara agama, dan karenanya tidak ada hak negara untuk melakukan pemurnian agama, karena UUD 1945 memberikan kemerdekaan dan kebebasan yang sama kepada semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia.
Baik pernyataan cawapres Hatta Rajasa tentang “yang mayoritas melindungi yang minoritas” maupun manifesto Gerindra tentang “pemurnian agama”, sama-sama bernafaskan “negara Islam” yang berpotensi menggiring negara Indonesia bergeser dari landasannya, yang dengan susah-payah telah diletakkan melalui perjanjian luhur para pendiri bangsa yang membentuk negara Indonesia berdasarkan Pancasila.
Substansi Pancasila adalah keberagaman, yang tersirat dalam motto Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”.
Dalam ungkapan Bung Karno, bapak bangsa Indonesia yang menggali Pancasila,
substansi Pancasila adalah gotong-royong.
Bagi Bung Karno :
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna setiap agama harus saling menghormati satu sama lain, lapang dada dan toleran, bukan Ketuhanan yang saling mengucilkan dan saling menyerang. Bukan juga Ketuhanan di mana yang mayoritas melindungi yang minoritas dan yang minoritas menghormati yang mayoritas.
Pada pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 (kelahiran Pancasila) yang sangat bersejarah itu, Bung Karno berkata:
“Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w., orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. … Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain.”
Harapan kita semua, kiranya pernyataan-pernyataan Capres/Cawapres yang menyimpang dari UUD 1945 tersebut di atas dapat dikoreksi dan dikembalikan kepada “spirit” Bung Karno, yang sama-sama kita banggakan itu, bahwa :
Indonesia adalah negara kita bersama, sebagai satu keluarga besar yang bernama Indonesia, di mana tidak ada warga negara kelas dua, tidak ada ghetto, dan tidak ada “yang mayoritas melindungi yang minoritas, dan yang minoritas menghormati yang mayoritas”.
MERDEKA!
Bagaimana pendapat Pak Yon dan semua rekan disini? apakah ada rekan disini yang menyaksikan debat capres-cawapres beberapa waktu lalu?
wow said:
hmmm politics
Richard belN said:
Terima kasih mas WOW, maksut saya debat capres-cawapres Indonesia bukan presiden Amerika.
SUARA said:
NOT ANOTHER ISLAND
This is INDONESIA
Dasar negara kita Pancasila
1. Ke Tuhanan yang Maha Esa
Tahu saudara ber Ketuhanan
Tahu saudara beragama
Sila pertama menjiwai sila lainnya
Dasar negara, semua bentuk apapun berdasarkan dasar negara
Bhinneka Tunggal Ika
Kita tdk berhak mempersoalkan agama etc
Satu saudar dr sabang sampai merauke …
Guyub rukun
Manusia yg senang mempersoalkan agama atau tak beragama, bertuhan atau tak bertuhan
Pasti belum kenal dan tahu Tuhannya
Yang sdh kenal
Pasti tdk terjebak pernik2 istilah , vocab, etc
Guyub rukun saja
Saling respected
Smile, tolong menolong un reserved
Cintailah tanah airmu sendiri
Hormatilah manusia lama tanah airmu sendiri
Hormati karya agung leluhur, dan tuntunan hidup leluhur
Nanti kau tahu apa, bagaimana, harus bagaimana kita ber Tuhan
Pasti ketemu ber Ketuhanan yang Maha Esa
Kalau masih belajar tuntunan dari bangsa lain
Banyak minta ampun saja, pada semuanya
W. Haryono said:
Para kadang ingkang kinurmat,
Saya setuju sekali dengan apa yang ditulis Mas beIN bahwa statement cawapres Hatta Rajasa tentang “yang mayoritas melindungi yang minoritas” maupun Manifesto Gerindra tentang “pemurnian agama”, adalah sangat berbahaya karena
1. Inkonstitusional karena bertentangan dengan UUD 1945 :
UUD 45 tidak mengenal istilah mayoritas dan minoritas, meng-kotak2kan golongan masyarakat, maupun dominasi kelompok mayoritas atas kelompok minoritas seperti yang dikatakan Mas beIN.
Kalau logika Hatta Rajasa dipakai untuk agama, apakah boleh dipakai untuk suku bangsa : suku Jawa yang mayoritas mendominasi suku2 lainnya, dan bahasa Jawa menjadi bahasa nasional, serta tradisi dan pakaian adat Jawa ?
2. Bertentangan dengan Panca Sila :
Sila kesatu Ketuhanan Yang Maha Esa mencakup semua agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat, tanpa embel2 “dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluknya” yang tercantum dalam Piagam Jakarta dan tetap menjadi perjuangan kelompok fundamental.
Sejarah Indonesia telah mengalami pemberontakan2 berdasarkan agama yang telah mengancam keutuhan NKRI dan menyengsarakan rakyat.
3. Bertentangan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang pluralistis / majemuk yang mewadahi keanekaragaman suku, agama, adat dan lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis, rukun dan damai, memayu hayuning bawono.
4. Bertentangan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 :
Satu nusa, Satu bangsa, Satu bahasa …………INDONESIA !!!
5. Aspek politik :
Dalam pilpres 2014 terlihat gejala yang kurang sehat yaitu penglompokan partai2 yang nasionalis ( PDI-P, Nasdem, NU, Hanura ) dan agamis yang moderat ( NU ) di satu kubu, dan agamis yang fundamental ( Gerindra, PAN, PKS, PPP, FPI dan lainnya ) di sisi lainnya.
Pengelompokan seperti ini akan menjurus terjadinya polarisasi dua kuibu yang bertentangan, bibit terjadinya gesekan2 / konflik yang lebih tajam di kemudian hari yang akan mengkikis persatuan dan kesatuan bangsa.
Pernyataan Hatta Rajasa menggambarkan sentimen ke arah ini.
6. Ancaman munculnya diktator mayoritas :
Dengan dalih mayoritas “melindungi minorotas dan pemurnian agama”, kelompok mayoritas akan memaksakan kehendaknya terhadap minoritas dengan etika, moral dan norma2 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang mereka inginkan
Kediktatoran dari kelompok mayoritas akan menimbulkan bencana dan menghancurkan seluruh tata kehidupan di Nusanrara yang kita cintai.
7. Merendahkan derajat dan martabat minoritas :
“Yang minoritas menghormati yang mayoritas” menempatkan minoritas sebagai sub-ordinate, bawahan dari mayoritas, warga negara kelas 2, warga negara kelas kambing, warga dari kasta yang lebih rendah terhadap mayoritas !
Mayoritas akan merasa dirinya sebagai boss yang harus dihormati, arogansi yang tidak pada tempatnya dan jelas2 melanggar HAM.
8. Ancaman terhadap NKRI :
Khaos yang terjadi akan menghancurkan persatuan dan kesatuan NKRI yang telah diperjuangkan oleh our founding fathers dan para pejuang kemerdekan dengan pengobanan jiwa dan raga mereka.
Perlu diingat akan adanya campur tangan dari luar yang memancing ikan di air yang keruh dan memanfaatkan situasi khaos untuk memecah belah NKRI dan menguasainya.
9. Aspek sosial :
Karena peng-kotak2an agama, kerukunan kehidupan masyarakat juga akan terganggu. Sebagai contoh yang kecil, fanatisme yang di-kobar2kan telah merusak kehidupan bertetangga yang harmonis, gejala yang sudah kita rasakan akhir2 ini.
Statement Hatta Rajasa merupakan indikasi apa yang berkembang di kalangan2 tertentu yang tidak boleh kita remehkan.
Kita harus mengambil langkah2 konkrit untuk menyelamatkan NKRI dengan pilar2 yang telah dibangun para pendahulu kita khususnya Panca Sila sebagai falsafah dasar negara, antara lain dengan Nation and Character Building ajaran Bung Karno, membangkitkan kembali etika dan moral bangsa, ajaran Budi Luhur dari leluhur.
Salam sejahtera, rahayu.
Yon,
PS
Bu Dewi, karena topic “YANG MAYORITAS MELINDUNGI YANG MINORITAS, YANG MINORITAS MENGHORMATI YANG MAYORITAS?” adalah cukup penting, apakah dapat dijadikan artikel tersendiri ?
Nuwun.
Richard belN said:
Terima kasih pak Yon atas jawaban dan komplimennya, Saya mendapatkan artikel diatas dari link seorang kawan yang juga merasa prihatin setelah menonton acara debat capres-cawapres, terus terang kita semua warga kristiani shock.
Dan jawaban diatas mewakili apa yang ada di hati anak bangsa, mantab sekali. mohon maaf saya tidak bisa membuat artikel sebagus copasan diatas, tapi saya mengamini isi tulisan diatas sejalan dengan pemikiran saya.
Salam kenal juga kepada ibu Dewi dan semua poro kadang disini dan mohon kami yang masih muda dibimbing dalam makna pancasila yang sudah banyak mengalami degredasi ini. Salom.
sabdadewi said:
@ belN,
Maturnuwun, sugeng rawuh mas Richard, salam kenal juga, semoga njenengan kerasan di pendopo 🙂 …
@ Pak Yon,
Salam kagum kagem pak Yon, turut menyimak piwulang kautamaan berbagai aspek dalam berbangsa dan bernegara dalam naungan Pancasila 🙂 …
Maturnuwun masukannya, topik yang dikirim mas belN memang sangat bagus sekali dan sepertinya akan lebih menarik lagi jika sama-sama berada disini dalam topik Pancasila juga 🙂 …
Salam rahayu,
Dewi
SUARA said:
Topik
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Tegakkan nilai toleransi, tegakkan guyub rukun saling menhormati
Tegakkan ramah tamah, gotong royong bersinar
Tegakkan kesadaran beda2 suku agama ras golongan tdk menjadi apa,
karena kita semua sama.
Sama : satu bangsa dan tanah air Republik Indonesia
…………………….. ” smile birds ” ………………………..
Admin:
it`s a smile of bhineka, love it! 🙂