Pamuji rahayu ❤ ,
Kagem poro kadang, sedulur lan pinisepuh, nuwunsewu…
Siang ini saya mendapat berita dari seorang pinisepuh yang dulu sama-sama pernah mengikuti ‘Konggres Kebudayaan Jawa’ di Solo pada tahun 2014, serta ‘Kongres Bahasa Jawa’ di Jogjakarta pada tahun tahun 2016 silam.
Beliau memberitahukan acara Kongres Kebudayaan Jawa (KKJ) ternyata telah digelar di Surabaya Nopember lalu.
“Saya tidak tahu. kelewatan. Saya buka di internet selama ini tidak pernah ada pengumuman”… Terang Beliau.
Whe lha inggih niki piye kok tidak semua orang tahu, bahkan terkesan dadakan, apa panitia yang di Solo dulu beda dengan panitia yang ada di Surabaya?… Saya juga tidak menerima pemberitahuan baik melalui telepon ataupun email. Bahkan beberapa bulan sebelumnya saya rajin browsing KKJ selanjutnya untuk sekedar mendapatkan info formulirnya pendaftarannya, tapi nihil.
“Lha kok baru sekarang tiba-tiba ujug-ujug mak-bedunduk ada berita bahwa KKJ telah di laksanakan di Surabaya??…” (Guman saya bertanya-tanya dalam hati).
Hmmm, ada apa ini? … Kenapa ‘undangan’ untuk pesertanya hanya dibatasi 300 saja?… Masing-masing dari Propinsi Jateng 100, DIY 100 dan Jatim 100. Pesertanya hanya separuhnya dari acara Kongres Kebudayaan Jawa di Solo dulu yang mencapai 500 lebih.
Tentu saja hal ini sangat patut di sayangkan, mengapa acara Kongres Budaya Jawa yang Ke-100 tahun ini, yang seharusnya lebih meriah dengan partisipasi kehadiran para pecinta Budaya Jawa serta para pemerhati Budaya Jawa malah justru terkesan tertutup hanya untuk kalangan PNS saja?? …
Terutama saya, saya yang hanya dari kalangan biasa tentu sangat merasa kecewa melewatkan acara ini. Bagaimana tidak? Surabaya adalah kota kelahiran saya, tempat saya tumbuh dan berkembang disana. Bahkan jauh-jauh hari sudah saya persiapkan sangat ingin menghadiri acara special ini, acara yang belum tentu datang setiap 4 tahun sekali, dimana Surabaya bisa mendapatkan giliran untuk menyelenggarakannya. Sungguh suatu kebanggaan dan kehormatan bagi saya bisa menghadiri acara yang sarat akan nilai-nilai Budaya Jawa.
Bagaimana Budaya Jawa bisa berkembang dan populer di masyarakat luas jika tidak ada perhatian dan dukungan yang ‘Real’ dari Diknas Departemen Kebudayaan Daerah?… Apa karena terkendala dana dari panitia setempat? (Mungkin).
Perlu diketahui bahwa peminat Budaya Jawa itu sebenarnya sangat banyak hanya saja mereka tidak mendapatkan akses atau kurangnya info kesitu sekalipun ini era Digital.
Teringat dulu saya pertama mendapatkan info undangan Kongres Kebudayaan Jawa lewat email mailis ‘Sekar Jagad’ dari Mendiang Ki Sondong Mandali, yang ke-dua info formulir pendaftaran peserta Kongres Bahasa Jawa dari dari email Poro Pinisepuh.
Dan hasil menjadi peserta Kongres juga sudah saya sharingkan di blog:
“Saya mau menulis artikel di blog mengkritisi KKJ kali ini.”… Kata saya mengakhiri pembicaraan di telepon.
“Bagus. Monggo” … Jawab Beliau. Continue reading