Beberapa tahun setelah darah mengering di medan Kurusetra, Hastinapura menjelma menjadi negara yang agung di bawah pimpinan Prabu Parikesit.
Saat itulah Yudhistira merasa tugasnya telah selesai. Maka ia mengutarakan keinginannya untuk mencari kesejatian, kembali kepada “Sangkan Paraning Dumadi” dengan mendaki Gunung *Himawan*/Mahameru…
Keempat saudaranya, dan Drupadi, terkesiap. Mereka tak mau ditinggalkan di istana.
“Aku tak punya siapa-siapa lagi, Kakang…” isak Drupadi “Aku hanya punya dirimu dan Pandhawa…”.
Drupadi benar. Seluruh keluarganya terbunuh di Bharatayudha. Ayahnya, Drupada tewas di tangan Dorna.
Drestajumena, adiknya, yang disusupi roh dendam kesumat Ekalaya berhasil membunuh Dorna. Namun hanya dalam hitungan hari Asuatama menuntut balas membantai Drestajumena.
Bersimpuh di kaki suaminya, Drupadi meleleh mengenang nasibnya yang remuk. Nun di balairung Hastinapura kemolekan tubuhnya nyaris terumbar oleh tangan mesum Dursasana ketika ksatria ini mempertaruhkan dirinya di meja dadu.
Yudhistira terdiam mendengar isak Drupadi, Namun keputusannya telah bulat. Ia harus pergi, tugasnya di dunia telah selesai.
Maka berangkatlah Pandhawa Lima dan Drupadi menuju pegunungan Mahameru. Tak lupa mereka membawa serta seekor anjing putih kecil.
Perjalanan sangat berat. Medan dan cuaca yang ganas membuat Drupadi mulai mengeluh. Berkali-kali Yudhistira berusaha memapahnya agar terus berjalan. Tapi Drupadi tak sanggup meneruskan langkahnya dan terjatuh.
“Aku tak sanggup lagi, Kakang..” ia merintih.
Yudhistira memutar kembali ingatannya. Bertahun-tahun ia meredam perih tatkala mendapati bahwa selama ini sebenarnya Drupadi mencintai Arjuna. Bukan dirinya. Drupadi jualah yang membuat Adipati Karna mabuk kepayang hingga ajal menjemput diujung Pasopatinya Arjuna. Dan kini, “belahan jiwa” itu sekarat di lengannya ketika mereka baru mencapai kaki Gunung Himawan.
Berlima mereka meneruskan langkah di tengah cuaca yang kian mendera. Panas yang mengelupas kulit berubah dingin yang mendera tulang. Sadewa mulai limbung. Ia menguat-nguatkan dirinya agar mampu mengikuti langkah kakak-kakaknya.
“Kakang… tolonglah aku” keluh Sadewa. Ia mencoba merangkak tapi seluruh persendiannya seakan terlepas. Nafasnya tersengal-sengal dan tak sanggup meneruskan perjalanan. Sadewa tewas ketika perjalanan baru mencapai lereng.
Kematian Sadewa ternyata baru awal. Tak lama kemudian menyusul satu demi satu Nakula dan Arjuna. Bima menggeram. “Kenapa adik-adikku harus mati dengan cara yang mengenaskan, Kakang, aaarrrgggh!”
“Bima…” suara Yudhistira bergetar “Tuhan tidak menyukai kesombongan. Sadewa merasa dirinya paling tampan. Nakula mengangap dirinya paling pandai. Sedang Arjuna, hmmm….”
Yudhistira menerawang.
Kesaktian Arjuna setingkat Dewa, ujar Yudhistira. Ia gemar tapabrata dan kekasih Hyang Indra. Tapi ia jumawa. Masih ingatkah kau ketika adikmu itu menggugat “darah balas darah, pati balas pati” tatkala puteranya gugur? Ia bersumpah akan membalas kematian Abimanyu sebelum matahari lengser. Ternyata ia tidak menepati janjinya. Tuhan tidak suka.
Sekuat tenaga mereka berdua meneruskan langkah. Puncak Gunung Himawan temaram di antara halimun.
Bima mulai gontai. Terseok-seok ia berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya beberapa langkah di belakang Yudhistira. Tapi ia semakin tertinggal jauh. Hingga akhirnya tubuh raksasa itu berdebam jatuh menimpa bumi.
“Kakang… aku tak sanggup lagi… ” teriak Bima.
Yudhistira menghentikan langkahnya untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pahlawan Bharatayudha itu.
Batinnya bergumam. “Wahai Putera Bayu kesayangan Dewa Ruci… engkau jumawa dan merasa dirimu tak terkalahkan oleh siapapun. Bicaramu kasar, dan engkau tak pernah merasa bersalah. Selamat jalan, pergilah, adikku…”
Yudhistira meneruskan langkahnya ditemani anjing putih yang setia itu. Hingga sampailah keduanya di puncak Gunung Himawan.
Suasana hening. Siluet tubuh Yudhistira tampak merunduk menghitam dilatari salju. Rambut sebahu yang puluhan tahun disemati makuta berlian itu lusuh memburai.
“Semua telah pergi. Sebentar lagi giliranku. Duh Yang Maha Agung… terimalah adik-adik hamba… ” Ia menarik nafas panjang, lalu membungkukkan badan berbicara kepada anjingnya. “Aku gundah bukan karena harus menghadapi ajalku. Namun aku tak tega meninggalkanmu sendirian di puncak gunung ini…”
Tiba-tiba anjing putih itu lenyap menjadi asap bergulung. Yudhistira terdongak mendengar suara gemuruh di angkasa. Dari balik awan Betara Indra muncul mengendarai kereta kencana yang dihela delapan kuda sembrani putih. Berhenti tepat di hadapan putera sulung Pandu Dewanata ini.
***
Rp said:
Salam dewi
Weihh kisah perjalanan akhir pandawa…
Namun sayang ko berhenti…
Setelah judhistira ketemu dewa indra lalu….?
Semoga sehat bahagia selalu..
Dewi said:
Salam bang Rp,
Nah ini yang menarik, kenapa hanya Yudhistira yang menang?… kalau menurut pendapat pribadi sosok Yudhistira disini maksutnya adalah karakter yang terpuji ❤ …
Tapi mungkin poro pinisepuh juga punya penilaian-penilaian sendiri 🙂 …
js said:
Salam rahayu Jeng Dewi…
Cerita yang menarik …ada pelajaran dan hikmah ….ahlak yang terpuji..
Semoga Njenengan selalu sehat…
AMIN
Dewi said:
Pamuji rahayu mbah JS,
Maturnuwun sampun anjangsana, mugi njenengan ugi tansah sehat lan seger waras 🙂
Inggih sesungguhnya makna yang terkandung dalam cerita wayang adalah bayangan kehidupan manusia yang tergelar di jagat ini dalam pencarian makna hidup.
Salam karahayon ❤
MRp said:
saya tertarik membaca kelanjutan kisahnya mba dewi
setelah judhistira berjumpa dewa indra kemudian apa yang terjadi selanjutnya
salam sejahtera
Dewi said:
Terima kasih MRp,
Baik, terlebih dahulu, saya akan menanyakannya pada mbah Google 😀
Mas MRp, cerita wayang dengan Dewi Drupadi sebagai sosok tokoh utama ini adalah unttuk mendobrak Sastra Jawa yang selalu mengutamakan tokoh pria sebagai kesatria.
“Maka hidup di dunia bukan hanya soal kita menjadi baik atau menjadi buruk, tapi soal bagaimana kita bersikap kepada kebaikan dan keburukan itu”.
Ketika ia tengah berada di titik nadir kehidupan, ketika tidak seorangpun mendengar suaranya, ketika semua terasa begitu percuma, ketika ia merasa nasib tidak begitu adil untuknya, ia memilih untuk melawan. emansipasi Drupadi melawan dengan cara yang ia bisa, yaitu kata-kata.
Rahayu ❤
Batu said:
Salam dewi..
..kacamata pandang saya..
..kisah akhir perjalanan para pandawa dan drupadi
…
Sangkan paraning dumadi..
Mengapa naik gunung mahameru?
Dimanakah gng itu saat ini..
Mengapa perjalanan akhir sangkan paraning dumadi judhistira berjumpanya dengan betara indra? Peran apakah betara indra pada posisi PARANING DUMADI..
Dibawa kemanakah judhistira… Oleh dewa indra..
Salam santun..
SALAM SEJHATERA
Rp said:
Ada saran dari saya
Judul post diatas bukan drupadi mukswa
Tapi lebih tepat PANDAWA MUKSWA
peran drupadi hanya sebagai pelengkap kisah pandawa..
Inti yang diambil dari kisah diatas lebih pada pelajaran paraning dumadi bagaimana satu demi satu mereka wafat sebelum mencapai mukswa.. Dengan karma atas kehidupannya
Yang menarik adalah
Peran judhistira yang selamat sampai tujuan
Walaupun dia bukan manusia suci.. Hanya ia yg selamat mencapai tujuan…
Mengapa? Apakah judhistira tidak memiliki dosa atau karma tidak baik…?
Mengapa hanya judhistira..
Lalu dalam perjalanan hingga puncak mahameru ia berjumpa indra…
Apa kaitannya betara indra dengan falsafah paraning dumadi para pandawa…
Apakah bahasa sampai paraning dumadi adalah dengan berjumpanya judhistira dengan indra…. Salam
Dewi said:
Ada benarnya juga njenengan bang Rp, saya setuja setuju saja 🙂 …
Dewi Drupadi di sini kesannya hanya digambarkan sebagai sosok pelengkap, namun begitu kita harus tetap menghargai ide & gagasan penulisnya yang telah berani mendobrak ‘dikotomi’ maskulinisme dalam jagat pewayangan tanah air.
sigit said:
Salam Damai untuk semuanya…
Mohon ijin Jeng Dewi untuk ikut menyimak dan menempelkan link tentang Pandawa…
MEMAHAMI SOSOK PANDAWA DAN KURAWA DALAM TUBUH MANUSIA./.
Pernahkah Anda mendengar nama Pendawa Lima? Sesuai dengan namanya, maka sosok Pendawa juga berjumlah 5 orang. Mereka adalah Yudhistira, Bima/Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Bagi para pelaku spiritual, umumnya sudah mengetahui adanya jagad ageng (alam semesta) dan jagad alit (yang ada dalam tubuh manusia). Bahkan bagi pelaku spiritual juga sudah memahami bahwa dalam jagad alit tersebut juga terdapat jagad ageng. Biasanya pengenalan itu berlanjut dengan menggulung jagad ageng ke dalam jagad alit.
Nah, berkaitan dengan menggulung jagad ageng ke dalam jagad alit, maka para pelaku spiritual juga akan memahami bahwa sosok-sosok pendawa lima yang disebutkan di atas juga terdapat dalam tubuh kita. Bisa juga diartikan bahwa Pendawa lima merupakan simbol yang diberikan GUSTI ALLAH pada manusia. Bahkan setiap manusia memiliki Pendawa Lima di dalam tubuh mereka masing-masing. Dimanakah posisi sosok-sosok Pandawa Lima itu dalam tubuh manusia?
Yudhistira – sebagai pemimpin Pandawa – adalah merupakan simbol dari OTAK manusia. Dapat diartikan bahwa manusia itu dipimpin oleh otaknya. Jika ingin hidup tenang dan mulia maka pergunakanlah otak kita untuk berpikir dan mencapai derajad ketenangan dalam hidup.
Bima/Werkudara – sosok kedua Pandawa – adalah sosok yang tinggi besar dan penuh keberanian. Sosok Bima tersebut merupakan simbol dari MATA manusia. Apabila seseorang memandang orang lain dengan tajam, maka ia akan tampak lebih berani menghadapi kehidupan ini. Siapa orang yang nggak merasa takut jika kita dipelototi oleh orang lain?
Arjuna – Sosok Arjuna juga dikenal sebagai sosok penengah Pandawa. Dimana lokasi Arjuna dalam tubuh manusia? Arjuna dikenal sangat gemar untuk bertapa, menyendiri, bersamadhi. Ia senantiasa rajin untuk mengheningkan ciptanya di hutan-hutan belantara. Nah, sosok Arjuna tersebut juga ada dalam diri tepatnya di HATI KECIL setiap manusia atau yang umum disebut hati nurani. Manusia diharapkan untuk senantiasa mendengarkan hati kecilnya guna memahami kebenaran dalam hidup ini. Hati kecil manusia tidak pernah berbohong. Ia akan senantiasa mengatakan sejujurnya seperti perilaku Arjuna.
Nakula dan Sadewa – adalah sosok Pandawa yang kembar. Hal itu adalah merupakan simbol dari kembarnya BUAH ZAKAR (pelir) manusia laki-laki dan INDUNG TELUR bagi perempuan. Tanpa adanya buah zakar maka manusia tidak akan pernah bisa membuahi pasangannya guna memiliki keturunan. Buah Zakar sangat penting untuk menyebarkan benih-benih keturunan manusia.
Timbul pertanyaan, jika sosok-sosok Pandawa Lima dapat disimbolkan dalam tubuh manusia, bagaimana dengan sosok Kurawa?
Seperti diketahui Kurawa adalah berjumlah 100 orang. Sosok Kurawa tersebut dikenal sebagai sosok yang bersifat negatif. Mereka suka menghasut, menimbulkan kebencian, menciptakan rasa iri dan dengki dan lain-lain yang memiliki sifat negatif. Dimanakah sosok-sosok Kurawa tersebut dalam tubuh manusia? Sosok Kurawa itu berada dalam HATI BESAR manusia. Hati besar manusia senantiasa dipenuhi dengan sifat-sifat negatif dan hawa nafsu yang senantiasa membuat kerusakan.
Nah, dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan, bagaimana manusia bisa menonjol sifat-sifat negatif dalam diri mereka, karena HATI KECIL sebagai tempat Arjuna harus berperang melawan HATI BESAR sebagai tempat Kurawa. Oleh karena itu, manusia kebanyakan lebih suka mendengarkan hati besarnya saja karena hati kecil hanya ada satu orang yaitu Arjuna yang harus menghadapi sosok 100 orang Kurawa.
http://gebyarmanusialangka.blogspot.com/2010/11/memahami-sosok-pandawa-kurawa-di-tubuh.html
Dewi said:
Maturnuwun pak Sigit, ulasan esensi dari Pandawa Lima ini kalau kita tarik kesimpulannya bukan tidak mungkin bahwa Dewi Drupadi di sini digambarkan sebagai sosok diri kita sendiri yang memiliki atau ‘meminang’ Pandawa Lima 🙂 …
sigit said:
Ada tambahan link nya tentang yudistira moksha…
http://www.mantrahindu.com/perjalanan-panca-pandawa-masuk-sorga/
MRp said:
salam jeng dewi..
Dan pak sigit juga ki js
Maaf.. Kalau saya mengarah pada mistery mukswa pandawa lebih ke arah perjalanan akhir mereka..
Dicatat.. Setelah nengok punya blog kisigit
Bahwa sorga dan neraka yg dimaksud di atas adalah sorganya indraloka…
Mukswanya pandawa menuju paraning dumadi lebih kearah menuju perjalanan ke sorga dan neraka..
Betara indra siapakah sejatinya ia
Sepertinya ia berkuasa atas sorga dan neraka..
Lalu posisi Tuhan?..
Benar memang symbol pandawa dan kurawa ada pada diri manusia..
Yg pasti gender male atau female sesungguhnya sederajat.. Akhlak budilah yg membedakan semuanya..
Shiwa tanpa parwati atau bahkan sebaliknya..
Akan Hampa..
Salam sejahtera
MRp said:
Intinya
Paraning dumadi berjumpa dewa indra
Bukan berjumpa TUHAN…
Monyet Belang said:
iseng tidak bisa tidur
setiap hari mata susah terpejam
jadi apa kesimpulan anda semua ttg sastra jendra, ttg manunggal diri dengan Tuhan, ttg Marifatullah Ttg rahasia rahasia Tuhan
apa yang kalian dapat
apa gunanya?
apakah itu rahasia?..hanya untukmu saja?
siapakah sang pengendali alam semsta ini…
Guru berkata kesadaran itu bukan dari dalam dirimu tapi dari luar
alam semesta menyimpan seluruh rahasia rahasia alam dan isinya..
namun apakah yang didalam diri itu berguna?
apakah yang diluar itu berpengaruh tatkala yang didalam dirimu tidak bisa binangkit
perlukah alam luar?
seperti lapis bawang
alam dalam dan luar adalah sesungguhnya Kesatuan …
suatu kesatuan yang perlu dipecahkan..
tingkatan energi itu berbeda beda
ada yang meletup ada yang meledak ada yang mendentum menggema bahkan menjadi energi yang tiada batas terkontrol atau bahkan semakin tak terkontrol
kita bahas dewa nawa sanga
aku yang bodoh ini berasumsi
darinamanya saja berarti singkatnya ada 9 Dewa!!!
dewa itu berdiri dan duduk dalam posisi masing masing
kedelapan dewa itu tidak boleh Erorr..
jika salah satu error maka sistem CAKRA dewa nawasanga akan tidak normal alias tidak beres alias tidak seimbang
berjalan namun CACAD atau TIDAK SEMPURNA..
mengapa cakra disimbolkan sebagai pemutar JAGAD
dengan POROS SATU DEWA..SHIVA..dengan symbol panca mahabhuta…
lima warna yang mewakili sakdulur papat kalima diri
atau Nafsu ampat yang menjadi kodrati manusia …seluruh manusia memiliki pancamahabhuta/..
apakah aku salah menafsirkan bahwa pancamahabhuta itu NAFSU
benarkah sastra jendra hanya sebatas mengendalikan diri menuju pencerahan diri kesadaran yang timbul karena sudah bisa mengendalikan NAFSU…
hanya itu saja???
sebatas pengendalian DIRI SENDIRI???
lalu apa yang didapat setelah memahami menghayati dan timbul Buah dari kesadaran atas sastra jendra..
apa yang didapat?
sekedar pengendalian hawa nafsu
memunculkan keluhuran budi pekerti…
bolehkah mengambil saripati energi MURNI alam….
yang kalian anggap TUHAN???
woww mulai ngantuk
Nachli said:
sebenarnya cerita ini proses inti perjalanan Moksa, berhubungan dengan nafsu kesenangan dunia disimbolkan Drupadi dan Panca Indra, untuk anjing berwarna putih itu adalah keyakinan yang tak tergoyahkan.
cerita yang tersurat itu isinya yang tersirat merupakan perjalanan seseorang yang bertujuan untuk Moksa dan berhubungan dengan sedulur papat limo pancer, 4 warna 4 nafsu.
untuk Moksa harus menjadi Pertapa dulu sampai pada puncaknya Moksa. tidak dapat langsung tapi melalui proses panjang, termasuk meditasi dan bertapa.
Dewi said:
Terima kasih pencerahannya @ Mas Nachli 🙂 …
Rp Jaya Sentosa said:
itu kisah bukan siloka
ituperjalanan asli sang pandawa
sebagian manusia jaman now menggap kisah mereka hanya dongeng….
mengaitkan dengan sesuatu yang tiada hubungannya
…..yang perlu dicermati
manunggal dengan tuhan
ko ujungnya berjumpa dengan dewa indra
tuhannya dimana
mengapa indra yang menguasai syurga neraka…
……
seperti kakung ibnu mencari rahasia tuhan dengan segala rumus teori minimalisnya
nyata ghaib maha ghaib itu pasti….
selesaikah kisah judhistira setelah berjumpa dengan dewa indra?
moso gitu aja dewi…
Rp see n wait moment sri krishna said:
kisah diatas sesungguhnya seharusnya menjadi pola pemikiran dalam dalam mencermati kisah sang pandawa mukswa
bukan hanya mengotak kisah itu kedalam ranah perwakilan bahwa itu semua adalah siloka
kebenaran akan adanya indraloka syurga para dewa yang dirajai oleh betara indra bin manikmaya adalah nyata adanya…
akan sangat mengganggu keimanan sebagian yang meyakini sesuatu dengan pandangan bagaimanakah jika sesungguhnya kisah itu adalah suatu KEBENARAN…
syurga yang kalian anggap dan yakini adalah sesungguhnya syurga indrakilla…
Moch Nachli said:
Cerita Pandawa Moksa memang ada dan saya percaya itu merupakan sejarah. Dari cerita seperti diatas realitanya adalah pendakian sampai ke puncak gunung Himalaya yang memang berat dan kenyataan sekarang ini banyak pendaki gunung Himalaya dengan puncaknya Mahameru banyak orang yang meninggal dunia diperjalanan sebelum sampai ke puncaknya Mahameru.
Moksa adalah kematian yang sempurna yaitu lenyap bersama Jasadnya kembali kepada Tuhan Maha Pencipta dan lepas dari lingkaran Reinkarnasi. Tulisan kisah Pandawa Moksa tidak ada satupun kata lenyap Jasadnya mulai dari Drupadi sampai ke empat Pandawa dan yang terakhir Yudistira bertemu dengan Dewa Indra dan cerita berakhir. Dalam agama Hindu kalau masuk Surga berkumpul dengan Para Dewa nanti kalau masanya habis akan kembali lagi Reinkarnasi menjadi Manusia.
Dari uraian saya diatas tiada lain adalah arti Pandawa Moksa di Gunung Himalaya atau Himawan seperti yang tertulis diatas adalah yang tersirat bukan yang tersurat. Untuk Moksa memerlukan tahapan lelakunya dan Puncak Himalaya yaitu Puncak Mahameru merupakan simbol Puncak Spiritual yang harus dicapai dan sebenarnya untuk Moksa tidak harus pergi sampai ke Puncak Mahameru di Pegunungan Himalaya.
widji said:
Salam Damau..
Kulonuwun…
Pandawa menurut yang pernah saya dengar diperlambangkan sebagai manusia seutuhnya …
Pandawa sebagai sejarah bangsa India atau dijadikan dongeng cerita wayang yang sangat populer di Jawa khususnya wayang kulit….
Ada yang sedikit unik dari cerita Pandawa , Yudistira didaulat sebagai Raja karena putra sulung (pembareb) dan sebenarnya putra yang sulung adalah Bima maka ketika Bima ketika memanggil Yudistira dengan sebutan “mbareb kakangku” ini seperti suatu pengingat bagi yudistira dan saudara yang lain….
widji said:
Pandawa diperlambangkan sebagai manusia seutuhnya…dari kepala sampai kaki…nyata dan gaib..badan kasar dan halus..
Yudistira sebagai kepala/ pola pikir/pikiran dalam arti hal yang lebih luas, bermakna tentang budi pekerti, baik buruknya manusia dalam berperilaku tergantung dari kepala atau rajanya badan…kepala sebagi pusat penggerak anggota badan…
Ketika perjalanan pandawa naik G.Himalaya hanya Yudistira yang mampu sampai puncak dan hal ini sebagai suatu perlambang bahwa pikiran bertanggung jawab atas segalanya dan dalam penjelasan yang lebih rumit dalam diri manusia ada kehidupan lain yaitu jiwa sukma ….
Yudistira >>>sukma/ jiwa /pancer …ber darah putih / budi luhur…
widji said:
Dalam budaya Jawa tidak elok dan tidak etis bila seorang perempuan bersuami 5…tidak sesuai dengan budaya adi luhung orang “Jowo” maka cerita tentang Drupadi bersuamikan pandawa ( 5 orang ) di budaya “jowo” di gubah hanya sebagai istri Yudistira….
Drupadi terjatuh lebih dahulu dalam pendakian bisa dimaknai bermacam….drupadi sebagai sesuatu diluar dari manusia, drupadi bukan bagian hakekat pandawa / manusia…drupadi sebagai “sesuatu” yang lain dan hidup berdampingan dengan pandawa….
Drupadi bersuami 5 orang mungkin siloka atau perlambang saja … lingga Yoni ..Yin Yan, .positip negatip….dll…2 hal sebagai kekuatan dan saling menunjang
rP said:
Drupadi tercipta dari API Upacara…
…..Api perlambang JIN..
dalam kitab pandawa paramartha
bahwa Judhistira adalah sang Pandawa sang Samiaji sang Sri Rama Sang Chandra Pati Kusuma Sang Musa As….aki mangun Tapa..
judhistira tidak meninggal seperti adik dan istrinya karena ia adalah sang Musa
ia yang membawa amanat Kitab Jamus Kalimusada alias Tabut KITAB ALAM SEMESTA…
yang mendarah daging menjadi diri Jusdhistira…
ia abadi….
ia masihada diala kadewaan …..
rP said:
yang akan muncul saat goro goro terjadi
dua dewa
judhistira dan sri krishna……
peran bima arjuna nakula sadewa dan drupadi SELESAI
sisa judhistira ……pembawa kitab alam…
Rp said:
dewi…
salam sejahtera
seperti mabok hayalan saya terus mengecoh disetiap blog
maaf lahir bhatin….
jika berkenan hapus saja semua comment saya di blog indah mbak dewi…..
…seperti bangun dari tidur…saya haturkan beribu maaf lahir bhatin khusus buat mba dewi juga pada pini sepuh khususnya Ki JS ..etc
semoga sejahtera selalu anda sekalian dan semoga Tuhan Mengasihi kita..amien
Dewi said:
Salam damai bang Rp,
Santai saja, inilah gunanya blog, supaya kita bisa corat-coret menumpahkan pikiran & rasa.
Hmmm… maunya saya suguhin (emoticon) kopi, tapi kantin mbah Wage masih tutup 😀 …
Moch Nachli said:
Pandawa Moksa
Pada komentar Saya dibawah ini merupakan penjabaran lebih lanjut dan merupakan satu kesatuan dari komentar-komentar saya sebelumnya.
A. Yang Tersurat dan yang Tersirat
Dalam Agama Hindu jika tugas-tugas keduniaan sudah selesai sesui dengan siklus kehidupan di masa usia tua ada tahapan untuk meninggalkan keduniaan untuk mendekatkan diri pada Tuhan maha Pencipta. Moksa merupakan tujuan utama untuk kematian yang sempurna lenyap bersama Jasadnya kembali kepada Tuhan Maha Pencipta dalam keadaan suci sehingga terlepas dari ikatan siklus Reinkarnasi dan tidak akan kemvali dilahirkan ke dunia lagi.
Dalam cerita Pandawa Moksa yang tersurat realitasnya adalah perjalanan Pendakian di gunung Himalaya menuju Puncak Mahameru dilakukan oleh Pandawa bersama Drupadi istrinya dimana Drupadi adalah istri kelima Ksatria Pandawa, dan dengan seekor Anjing yang mengikuti. Dilakukan setelah tugas-tugas Pandawa selesai sebagai Ksatria yaitu pada masa usia tua, dan dari rincian diatas semuanya berjumlah tujuh termasuk satu Anjing.
Dalam perjalanan Pandawa mendaki Pegunungan Himalaya yang berhasil sampai ke puncak Mahameru adalah Yudistira bersama dengan Anjingnya yang berwarna putih, dan yang lainnya gugur satu persatu di perjalanan menuju puncak Mahameru.
Kalau kita cari yang tersurat hakekat Pandawa Moksa dalam cerita tersebut di atas tidak akan ketemu karena tidak ada satupun kata meninggal dunia lenyap bersama Jasadnya pada saat seorang gugur dalam perjalanan menuju Puncak Mahameru yang gugur satu persatu di perjalanan. Dari itu maka Pikiran kita arahkan pada yang tersirat, disinilah hakekat Pandawa Moksa akan Kita temukan dimana Moksa adalah kematian yang sempurna kembali kepada Tuhan Maha Pencipta dalam keadaan suci bersama Jasadnya dan terlepas dari ikatan siklus Reinkarnasi.
Rahasia yang tersirat, Drupadi sebenarnya adalah merupakan simbol kesenangan duniawi, dan 5 dari Pandawa adalah merupakan Dulur Papat Limo Pancer yaitu 4 warna dan 4 nafsu dan Yudistira sebagai Pancer di tengah arah mata angin warnanya manca warna, dan dengan seekor Anjing yang mengikuti, dimana Anjing berwarna putih merupakan keyakinan (warna putih merupakan simbol kesucian). Anjing pada umumnya dipakai sebagai simbol kesetiaan kepada Tuannya, dan pada perjalanan Pandawa Moksa Hakekatnya adalah Keyakinan Suci dan kesetiaan kepada Tuhan Maha Pencipta, sedangkan Puncak Mahameru merupakan simbol puncak Spiritual Tertinggi yang harus dicapai untuk tujuan Moksa.
Pandawa Moksa merupakan proses perjalanan Moksa yang dilakukan oleh Pandawa sebenarnya disampaikan secara tersirat dan rahasia, maka untuk mengetahui lebih dalam harus mencari dan menelusuri dengan garis-garis keilmuan. Untuk yang ingin Moksa dalam Agama Hindu tentu harus ada Guru Pembimbing.
Moch Nachli said:
B. Tahapan Moksa.
Untuk Moksa diperlukan lelaku atau perjalanan secara bertahap sampai mencapai puncak Spiritual tertinggi dan berhasil Moksa. Dalam cerita Pandawa Moksa Yudistira bersama Anjingnya bertemu dengan Dewa Indra di atas Puncak Mahameru di atas Pegunungan Himalaya India. Itulah sejarah Pandawa Moksa, dan sebenarnya untuk Moksa siapapun tidak harus pergi ke Puncak Mahameru tapi harus mencapai Puncak Spiritual Tertinggi disimbolkan Puncak Mahameru.
Dulur Papat Limo Pancer, merupakan 4 warna dan 4 nafsu, dan yang ke-5 manca warna, ini hampir sama dengan Panca Indra bedanya indra yang ke-5 peraba dipahami beda, dibawah ini merupakan arah urutan searah jarum jam :
1. Putih = air kawah = arah timur = mata = penglihatan
2. Merah = darah yang keluar setelah melahirkan Jabang Bayi = arah selatan = telinga = pendengaran
3. Kuning = ari-ari = arah barat = Mulut = pengecap (lidah)
4. Hitam = potongan tali pusar yang mengering = arah utara = hidung = penciuman
5. Manca warna = arah tengah = rasa sejati sumber dari 5 indra yaitu Jatidiri Manusia sebagai Pancer.
Untuk menguasai dan mengendalikan 5 indra, 4 nafsu diperlukan tahapan yaitu Meditasi dan menjadi Pertapa. Langkah pertama adalah menjadi Pertapa meninggalkan Drupadi yaitu meninggalkan kesenangan Duniawi termasuk kebutuhan sex. Untuk proses selanjutnya Pertapa melakukan perjalanan atau tahapan Meditasi dalam proses Moksa dikuasai satu persatu sbb :
1. Menguasai Hidung dan Telinga disimbolkan Nakula dan Sahdewa si kembar.
2. Menguasai Mata disimbolkan Arjuna.
3. Menguasai Mulut disimbolkan Werkudara.
Jika sudah mampu menguasai 4 macam nafsu dan Panca Indra perjalanan ini tinggal satu langkah Rasa sejati sumber dari 4 nafsu dan sumber dari Panca Indra. Jika sudah menguasai semuanya maka dapat tidak makan dan tidak minum dimana dapat mematikan Panca Indra dan 4 macam nafsu dalam keadaan Meditasi tidak bergerak dan tubuh tidak terasakan.
Rasa sejati merupakan Jatidiri Manusia dengan keyakinan penuh dan keteguhan hati melakukan Pertapaan sampai berhasil Moksa sesuai tujuan. Dalam proses terakhir Yudistira dalam Meditasi (bertapa) bertemu dengan Dewa Indra dan berikut Anjingnya lenyap menjadi asap di Puncak Mahameru. Penyatuan dan larutnya keyakinan Jati diri Manusia lahir (Jasad) dan bathin (Roh) dengan Semesta Alam larut dalam Cahaya Terang Benerang. Jatidiri Manusia (Yudistira) melihat kesegala penjuru (bukan dengan indra mata) Terang Benerang tentram, damai, sejuk, tiada suka maupun duka, tiada awal dan akhir, disinilah sebenarnya tidak mudah untuk digambarkan dengan kata, dan dalam cerita Pandawa Moksa digambarkan bertemu dengan Dewa Indra penguasa Swarga menjemput Yudistira dengan Kereta, dimana Dewa artinya Cahaya.
Dewa Indra dalam cerita Pandawa Moksa menjemput Yudistira sebab terkabulnya tujuan Moksa dan lenyapnya Anjing menjadi asap yaitu simbol keyakinan dan kesetiaan pada Tuhan Maha Pencipta lenyap bersama Jasad Yudistira Kembali kepada Tuhan Maha Pencipta, dan Dewa Indra dengan Kereta sebenarnya berperan sebagai pengantar kembalinya Yudistira menyatu dengan Tuhan yang Maha Pencipta, dan terlepas dari ikatan siklus Reinkarnasi, karena sebenarnya Tuhan Maha Pencipta tidak dapat digambarkan dengan apapun dan tidak dapat dikatakan.
C. Koreksi dan Kritik.
Demikian komentar saya kali ini terdiri dari 3 bagian A, B, dan C, mohon maaf jika ada kesalahan dan silahkan dikoreksi karena saya harus mengingat-ingat dari ingatan masa yang lampau yang pernah saya pelajari dan jika ada kesalahan mohon di ralat bagian yang salah untuk dibetulkan dalam komentar Anda !!! Terimakasih untuk Anda semuanya.
Terimakasih khusus untuk Neng Dewi saya diperkenankan untuk berkomentar di blog Nèng Dewi.
Dewi said:
Rahayu 3x… Kulo ingkang matur sembah nuwun pak Nachli 🙂 …
Saya menyimak panggraita lan petuah poro pinisepuh ❤ …
teman lama said:
Rahayu.
Salam Hormat sedoyo sederek…
Pernah saya dengar dari pinisepuh swrgi tentang Pandawa..
PANDAWA …sebagai perlambang manusia seutuhnya. ..badan jasad dan gaibnya…
Pandawa sebagai anak para dewa…
1.Yudistira dilambangkan sebagai pola pikir dan hati nurani sebagai ” sesuatu yang bukan jasad “, kedunungan sifat sifat tuhan yang baik , budi luhur dan welas asih , sifat sumeleh dan sumarah dalam kehidupan ini…
Yudistira dilambangkan berdarah putih ,artinya yudistira tidak pernah bisa berbuat keburukan…
Yudistira diceritakan tempat mengayom /manjing nya Subali / kera putih,sosok resi atau begawan yang ingin menebus dosa karmanya dijaaman nya…
Yudistira sebagai rajanya badan/manusia dan sungguh benar kalimat filosofi “bila kepala busuk maka rusaklah semua badan “…
Yudistira putra dari dewa Dharma…Dewa perlambang budi luhur welasasih dan sifat suci…
Yudistira mampu mencapai puncak gunung Himawan Mahameru Himalaya dan ini melambangkan bahwa Yudistira sebagai sang gaib/ sukma dan sukma ini yang bertanggung terhadap semua hal yang pernah dilakukan ketika berbadan manusia karena Jiwa berbadan/menempati jasad /dan badan tidak pernah bisa memiliki atau menguasai jiwa….
teman lama said:
Pandawa ..artinya bilangan berjumlah 5…
Yudistira sebagai pancer/ sukma /ghaib…sebagai raja yang wajib memimpin 4 saudaranya …Bima Arjuna,Nakula Sadewa.
4 saudara Yudistira bisa diperlambangkan bermacam dan semua perlambang ini mengarah dan bermaksud banyak arti dalam kehidupan seseorang / manusia…
Bima ..sebagai panenggak pandawa ,perlambang kekuatan lahir dan batin manusia. sifat utama bima adalah kejujuran, menjunjung nilai kebenaran ,adil dan bijaksana..
Bima selalu bicara ngoko / bahasa masyarakat kepada siapapun dan tidak pernah duduk didepan siapapun , perlambang bahwa semua manusia hakekatnya sama , tidak ada yang lebih dari yang lain dan hanya kepada dewa Ruci bima berbahasa beda , hanya didepan dewa ruci bima berkenan duduk…
Bima berbadan besar melebihi saudaranya yang lain.,
Bima tempat bersandar dan pengayom para saudara .
Bima menjadi senopati dan yang paling eksis dalam perang Baratayuda.. perang besar melawan dan memusnakan sifat angkara kurawa yang banyak (dilambangkan berjumlah 100)..
Perang baratayuda lambang perang nafsu diri manusia…perang diri melawan dan menahan dan mengendalikan hawa nafsu sifat keburukan( sifat hewan),,manusia kedunungan sifat jangkep( lengkap ) ,sifat buruk dan baik dan sama imbang jumlahnya , sifat dan kekuatan pemberian dari Tuhan sang Pencipta untuk bekal dalam mengarungi kehidupan , untuk mencapai kesempurnaan dan kembali kepada NYA…Nirwana.
Dalam budaya seni jawa /pewayangan, Bima berputra 3 , mereka menguasai / bertempat 3 elemen unsur alam…
Gatotkaca ( udara /angin )…
Ontorejo ( tanah) .
Ontoseno ( air )…
Semua putra ini mungkinjuga perlambang tentang siapa dan apa sebenarnya Bima dalam kehidupan sebagai manusia..
slamet said:
Salam kehidupan…
Bima putra Dewa Bayu….
Arjuna putra Dewa Indra…
teman lama said:
Salam Rahayu..
Tentang Arjuna …nanti disambung lagi..
Terima kasih Ibu Dewi. semoga sehat selalu…
Dewi said:
Salam hormat @ Teman Lama 🙂 ,
Maturnuwun pitutur lan pencerahannya .
Rahayu 3x ❤ …
pisang emas said:
judhistira prabu itu nyata ada dialam ghaib….bukan symbol siloka perlambang
adam said:
Begitu pula…Kresna…Hanoman…Siwa…juga ada yang lain.